JAKARTA, KOMPAS.com — Besarnya perputaran uang dari lapak-lapak judi di Kalijodo membuat banyak aparat yang meminta jatah. Mereka berasal dari berbagai institusi, mulai dari oknum polisi dari Polda Metro Jaya, PM TNI, Koramil, hingga petugas Tramtib pemerintah daerah.
"Mereka mampir di mulut Gang Kambing. Memang tidak besar jumlah uang yang mereka dapatkan. Satu mobil dan motor paling kurang mendapat bagian Rp 5.000," kata Krishna Murti, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, lewat bukunya Geger Kalijodo.
Khusus anggota polisi, Krishna menyebut, mereka banyak yang berdalih meminta uang karena kekurangan uang dinas untuk patroli.
Krishna kemudian mencontohkan anggota unit Sabhara yang sering kekurangan uang dinas untuk patroli.
"Uang itulah yang mereka gunakan untuk menambah biaya patroli atau uang tambahan kopi dan rokok," ujar Krishna.
Meski Kalijodo menarik perhatian banyak aparat dari berbagai institusi, Krishna mengatakan bila terjadi kerusuhan, hanya polisi dari Polsek Metro Penjaringan-lah yang turun tangan mengendalikan situasi.
"Jadi, boleh dikatakan, rezeki banyak dibagi, tetapi Polsek ketiban 'sampur'," tulis dia.
*Tulisan ini diambil dari buku karya Krishna Murti yang berjudul "Geger Kalijodo".