Mereka juga menolak untuk dipindahkan ke rumah susun atau rusun karena merasa Kalijodo merupakan tempat kelahiran mereka.
SR (45 tahun) yang mengaku dari sejak lahir sudah tinggal di Kalijodo, Selasa (16/2/2016) mengatakan, "Kita nggak setuju dipindahin ke rusun. Saya udah puluhan tahun disini. Kalo ibarat besi sudah sampe karatan saya disini."
Ia menceritakan, dirinya merupakan tulang punggung keluarga semenjak suaminya meninggal.
Ia mengatakan, selain tempat untuk tinggal, Kalijodo baginya merupakan sumber mata pencaharian.
"Kita bukan hanya mencari tempat tinggal tapi juga mencari usaha. Kalau tidak ada usaha, mau makan apa anak-anak. Kalo saya tidak bisa usaha di sini, nanti mereka putus sekolah," tambahnya.
AN (49) warga RT 03/05 mengarahkan kekecewaanya pada Ahok. Menurut dia, Ahok tidak mempunyai hati nurani jika tetap menggusur tempat tersebut.
Pasalnya wilayah itu tidak sepenuhnya menjadi tempat prostitusi.
"Kalo Ahok mau menanggung semuanya tidak masalah. Kalau warga sini pas digusur tinggal di rumah dia bagaimana? Mau nggak? Kalo ngomong jangan seenak udelnya," katanya kesal.
AN berharap, jika lokasi itu benar mau ditertibkan, pemerintah tidak harus terburu-buru agar tidak menimbulkan kepanikan di masyarakat.
"Jangan mendadak kaya gini. Kita jadi panik semua, nggak enak buat ngapa-ngapain," katanya.
Seorang warga lain, WY (31) mengaku menyesal telah memilih Ahok dalam Pilkada sebelumnya. Menurut dia, Ahok tidak membela hak-hak rakyat kecil.
"Jangan mentang-mentang dia orang kaya, orang kecil ditindas. Dia sekarang musuh warga sini. Kita belain dia, dia malah nindas kita," katanya.
Pemprov DKI Jakarta berniat akan mengembalikan fungsi kawasan Kalijodo sebagai Ruang Terbuka Hidup (RTH).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.