JAKARTA, KOMPAS.com - Selama puluhan tahun, ruas jalan di depan Markas Komando Korps Marinir di dekat Tugu Tani, Jakarta Pusat, bernama Jalan Prapatan. Namun, mulai Jumat (20/2/2016), ruas jalan tersebut resmi berganti nama menjadi Jalan Prajurit KKO Usman & Harun.
Peresmian nama baru itu dilakukan di Markas Komando Korps Marinir yang terletak di jalan tersebut.
Turut hadir Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat, Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal Buyung Lalana, Wali Kota Jakarta Pusat Mangara Pardede, dan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah.
Jalan Prajurit KKO Usman & Harun memiliki panjang sekitar 1 kilometer yang terbentang mulai dari sisi utara bundaran Tugu Tani hingga persimpangan Pasar Senen.
Menurut Wakil Gubernur DKI, penggantian nama jalan tersebut untuk menghormati prajurit KKO Usman Janatin dan Harun Said yang gugur pada 17 Oktober 1968 di Singapura.
"Penggantian nama Jalan Prapatan menjadi Jalan Prajurit KKO Usman & Harun harus bisa menginspirasi warga Jakarta. Masyarakat juga diharapkan bisa memberikan yang terbaik untuk kejayaan bangsa," tutur Djarot saat meresmikan penggantian nama jalan tersebut.
Penggantian nama jalan tersebut telah diusulkan oleh Komandan Korps Marinir waktu itu pada 28 November 2012.
Gubernur DKI Jakarta kala itu, Joko Widodo, menyetujui usulan tersebut yang tertuang dalam Keputusan Gubernur Nomor 758 Tahun 2013, tanggal 13 Mei 2013.
Pada mulanya, peresmian tersebut akan dilakukan pada akhir 2013. Akan tetapi, peresmian tersebut terpaksa diundur karena Joko Widodo sedang mengikuti proses pemilihan presiden.
Wajar jika Korps Marinir TNI AL mengusulkan nama Usman-Harun sebagai nama jalan tempat markas komandonya berada karena kedua tokoh itu adalah pahlawan dari kesatuan elite tersebut.
Usman dan Harun adalah sepasang pahlawan Dwikora dari kesatuan Korps Komando Operasi (KKO) yang sekarang dikenal sebagai Korps Marinir TNI AL.
Mereka dihukum mati Pemerintah Singapura pada 1968 seusai menjalankan misi mengebom MacDonald House di Orchard Road yang dianggap sebagai simbol imperialisme Inggris yang dilawan Indonesia tahun 1965.
Tahun 2014, TNI AL juga menggunakan nama Usman-Harun sebagai nama salah satu kapal perang Republik Indonesia.
Penamaan KRI Usman Harun itu sempat menuai protes dari Pemerintah Singapura.
Ganti-ganti nama