Mereka juga tahu tanah di sana adalah tanah negara, sehingga jika digusur kemudian, mereka tidak akan mempermasalahkan hal itu.
“Ini kan tanah ilegal, ya. Kalau digusur ya sudah, mau gimana lagi. Kan ada Undang-undangnya,” kata salah satu pekerja seks, Mini (bukan nama sebenarnya) kepada Kompas.com, Rabu (2/3/2016) malam.
Perempuan lainnya, Tanti (bukan nama sebenarnya), juga tahu kabar penggusuran lokalisasi Dadap yang akan dilaksanakan sebentar lagi.
Tanti menyesalkan hal tersebut karena dia baru saja bekerja di sana selama lima hari. Sebelumnya, Tanti bekerja sebagai pelayan di sebuah bar wilayah Bandung, Jawa Barat.
“Kalau bisa sih jangan (digusur). Nanti saya harus cari pindahan lagi, enggak tahu mau pindah ke mana,” ucap Tanti.
Lokalisasi Dadap dipenuhi oleh kafe dangdut dan warung kelontong serta rumah makan berbentuk tenda di sekitarnya. Pada malam hari, kehidupan di lokalisasi Dadap semakin ingar-bingar, dengan musik dangdut dan house music dari speaker berukuran besar di dalam kafe.
Tempat sepanjang satu kilometer lebih ini juga dipenuhi oleh pedagang gerobak di sisi kiri dan kanan jalan.
Di tengah kawasan lokalisasi, juga ada pos-pos yang ditempati oleh beberapa pria berseragam hansip dan pos bertuliskan Pemuda Pancasila.
Pemerintah Kabupaten Tangerang sampai saat ini, masih dalam tahap pendataan tempat dan warga di sana.
Rencananya, setelah digusur, bekas lokalisasi Dadap akan diubah menjadi taman, masjid, dan pusat kuliner hidangan khas laut atau seafood, dengan konsep tempat berbentuk seperti hanggar pesawat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.