Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penjelasan Anton Medan soal Ahok yang Disebut Menolak Bantuannya

Kompas.com - 18/03/2016, 09:11 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ramdhan Effendi atau yang lebih dikenal dengan nama Anton Medan membantah soal Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang diberitakan menolak bantuannya.

Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) itu menjelaskan, dia sebenarnya hanya menanyakan perihal kaus dan atribut lainnya yang sudah telanjur dicetak tahun lalu dengan nama Sahabat Ahok harus diapakan, mengingat sekarang Basuki hanya bersedia menerima bantuan terkait pilkada melalui relawan Teman Ahok.

"Tidak ada trouble, saya sama Teman Ahok sejalan. Bantuan saya bukan ditolak, tetapi saya menanyakan, kaus yang sudah dicetak bulan September 2015 itu kira-kira bisa dipakai apa enggak, kan mubazir, ada 5.000 kaus tulisannya Sahabat Ahok begitu," kata Anton saat dihubungi Kompas.com, Jumat (18/3/2016).

Anton menjelaskan, sejak tahun lalu, memang sudah ada gerakan kelompok tertentu yang bertujuan mendukung Basuki untuk maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Kelompok yang bergerak di akar rumput atau grass root dikoordinasi oleh dirinya sendiri.

Untuk pendukung Basuki dari kalangan menengah ke atas, itu dipegang oleh relawan Teman Ahok. Nama Sahabat Ahok sendiri dibuat olehnya untuk membedakan kelompok atau komunitas binaannya dengan segmentasi pendukung dari relawan Teman Ahok.

Namun, kini nama Sahabat Ahok sudah tidak dipakai lagi. Mereka sepakat jadi satu dengan Teman Ahok supaya tidak menimbulkan persepsi berbeda di masyarakat. (Baca: Ahok Tolak Mentah-mentah Bantuan Anton Medan Terkait Pilkada)

"Koh Ahok (sapaan Basuki) bilang, 'Enggak usah dipakai Koh Anton, nanti membingungkan.' Sudah seperti itu saja intinya. Kok bilang Anton Medan ribut sama Ahok, enggak ada itu," tutur Anton.

Agar kaus Sahabat Ahok tidak mubazir, Anton berencana membagikan 5.000 kaus tersebut ke sejumlah lembaga pemasyarakatan (lapas) untuk diberikan kepada napi di sana, sedangkan barang lainnya yang juga sudah telanjur tercetak, seperti formulir dukungan sebanyak 750.000 lembar, juga dipastikan tidak dipakai lagi.

Adapun total biaya yang Anton keluarkan untuk kaus dan formulir itu adalah Rp 518 juta.

Sebelumnya, Basuki menyebutkan, dirinya menolak bantuan Anton yang ingin meluncurkan relawan dengan nama Sahabat Ahok. Basuki juga mengatakan, Sahabat Ahok telah mengumpulkan data KTP dan mencetak kaus untuk dirinya.

Basuki pun mengungkapkan, Anton berniat menyumbang sejumlah uang sebagai bentuk dukungan. (Baca: Ramai-ramai Bikin Komunitas Pendukung Calon Gubernur DKI)

Menanggapi hal tersebut, Anton menyebut tidak pernah menyumbangkan uangnya dalam bentuk tunai. Semua uang yang dia pakai digunakan untuk membuat perlengkapan tertentu, seperti kaus salah satunya, dalam rangka mendukung Basuki maju lagi sebagai DKI 1.

"Bukan begitu. Koh Ahok kalau pas ngomong kan memang meledak-ledak, jadi nangkep-nya begitu. Tidak ada masalah, saya sama Teman Ahok, kita semua sejalan," ujar Anton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suasana Haru Iringi Keberangkatan Jemaah Haji di Kota Bogor

Suasana Haru Iringi Keberangkatan Jemaah Haji di Kota Bogor

Megapolitan
Sudah Dievakuasi, Bangkai Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Dibawa ke Bandara Pondok Cabe

Sudah Dievakuasi, Bangkai Pesawat Latih yang Jatuh di BSD Dibawa ke Bandara Pondok Cabe

Megapolitan
Tiga Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Dibawa Pulang Keluarga dari RS Polri

Tiga Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Dibawa Pulang Keluarga dari RS Polri

Megapolitan
Marak Kasus Curanmor di Tanjung Priok, Polisi Imbau Masyarakat Kunci Ganda Kendaraan

Marak Kasus Curanmor di Tanjung Priok, Polisi Imbau Masyarakat Kunci Ganda Kendaraan

Megapolitan
'Berkah' di Balik Sumpeknya Macet Jakarta, Jambret Pun Terjebak Tak Bisa Kabur

"Berkah" di Balik Sumpeknya Macet Jakarta, Jambret Pun Terjebak Tak Bisa Kabur

Megapolitan
Ibu di Tanjung Priok Dikira Penculik, Ternyata Ingin Cari Anak Kandung yang Lama Terpisah

Ibu di Tanjung Priok Dikira Penculik, Ternyata Ingin Cari Anak Kandung yang Lama Terpisah

Megapolitan
Dituduh Ingin Culik Anak, Seorang Ibu di Tanjung Priok Diamuk Warga

Dituduh Ingin Culik Anak, Seorang Ibu di Tanjung Priok Diamuk Warga

Megapolitan
KNKT Bakal Cek Percakapan Menara Pengawas dan Pilot Pesawat yang Jatuh di BSD

KNKT Bakal Cek Percakapan Menara Pengawas dan Pilot Pesawat yang Jatuh di BSD

Megapolitan
Mekanisme Pendaftaran PPDB di Jakarta 2024 dan Cara Pengajuan Akunnya

Mekanisme Pendaftaran PPDB di Jakarta 2024 dan Cara Pengajuan Akunnya

Megapolitan
Cerita Saksi Mata Jatuhnya Pesawat di BSD, Sempat Berputar-putar, Tabrak Pohon lalu Menghantam Tanah

Cerita Saksi Mata Jatuhnya Pesawat di BSD, Sempat Berputar-putar, Tabrak Pohon lalu Menghantam Tanah

Megapolitan
Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Jadwal dan Lokasi Samsat Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Megapolitan
Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Daftar Lokasi SIM Keliling di Jakarta 20 Mei 2024

Megapolitan
Modus Maling Motor di Jakut, Cegat Korban di Tengah Jalan dan Tuduh Tusuk Orang

Modus Maling Motor di Jakut, Cegat Korban di Tengah Jalan dan Tuduh Tusuk Orang

Megapolitan
Detik-detik Terjatuhnya Pesawat Latih di BSD, Pilot Serukan 'Mayday!' lalu Hilang Kontak

Detik-detik Terjatuhnya Pesawat Latih di BSD, Pilot Serukan "Mayday!" lalu Hilang Kontak

Megapolitan
Saksi Sebut Satu Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas

Saksi Sebut Satu Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com