JAKARTA, KOMPAS.com - Situasi politik untuk pemilu kepala daerah DKI Jakarta 2017 terus menghangat. Saat ini, perhatian sedang menyoroti arah dukungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
PDI-P, partai pemilik 28 kursi di DPRD DKI bisa menjadi suatu kekuatan bagi bakal calon gubernur di Ibu Kota yang ingin menarik dukungan dari partai politik. Dengan kursi terbanyak ini, PDI-P satu-satunya partai yang bisa mengusung calon tanpa harus berkoalisi.
Sedangkan partai harus berkoalisi untuk dapat berkotestasi dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
Namun, sampai saat ini PDI-P belum punya calon sendiri untuk diusung. Sedangkan kepada peserta bakal calon yang ada sekarang, PDI-P masih belum menyatakan sikap.
Ada dua nama bakal calon gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Yusril Ihza Mahendra yang digadang-gadang sebagai bakal calon terkuat.
Ahok, pada Rabu (23/3/2016) malam, bertemu dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Ahok hadir di acara peluncuran buku "Megawati dalam Catatan Wartawan: Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat" di Gedung Arsip Nasional, Jakarta.
Pertemuan Megawati dengan Ahok malah membuat riuh. Hal itu tak lepas dari yang perlakuan Megawati yang melontarkan beberapa sindirian untuk Ahok.
Lalu, apa makna di balik sikap Megawati itu? Apakah mengisyaratkan dukungan PDI-P untuk Ahok pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017?
Namun, jika dikenang, hal serupa pernah dialami Ahok ketika Megawati merayakan ulang tahunnya di kediamannya di kawasan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat.
Saat itu, Ahok menerima potongan tumpeng pertama dari Megawati.