JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah gencar melakukan penertiban di berbagai wilayah, salah satunya di kawasan Pasar Ikan Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara.
Daerah itu ditertibkan dengan tujuan merevitalisasi kawasan wisata bahari, di mana ada tempat bersejarah seperti Pelabuhan Sunda Kelapa, Menara Syahbandar, dan Museum Bahari, yang kini tertutup oleh padatnya permukiman dan pertokoan di sana.
Awalnya, bangunan Museum Bahari merupakan gudang untuk menyimpan rempah-rempah.
Sejarahnya, sebelum tahun 1500, kawasan Sunda Kelapa di muara Sungai Ciliwung merupakan pelabuhan Kerajaan Pajajaran. Tempat itu berkembang dengan dibangunnya pos perdagangan sebagai buah perjanjian antara warga lokal dengan orang Portugis, tahun 1522.
Pada tahun 1526-1527, Sunda Kelapa ditaklukkan oleh Fatahillah yang dibantu tentara-tentara Islam dari Cirebon dan Demak. Di sana pun didirikan Kota Jayakarta.
Penguasa Kota Jayakarta saat itu tidak menerima kehadiran orang Portugis hingga tahun 1596 datanglah kapal-kapal Belanda pertama kali di Sunda Kelapa.
Kemudian, Belanda berhasil menaklukkan Jayakarta dan mendirikan Batavia di sana. Kawasan Sunda Kelapa didirikan benteng dan menjadi kantor pusat VOC di Asia tahun 1619.
Sepuluh tahun kemudian, tahun 1629, Batavia dikepung Sultan Agung Mataram. Pimpinan VOC saat itu, Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen (JP Coen), meninggal setelah mengidap penyakit kolera.
Sepeninggal JP Coen, daerah sisi barat Sungai Ciliwung dikembangkan dan dikelilingi oleh tembok kota dan kubu-kubu. Kubu yang masih ada sampai saat ini adalah kubu Kulemborg dan Zeeburg.
Pada tahun 1652, barulah bagian tertua dari bangunan gedung rempah dibangun, yang sekarang dikenal dengan nama Museum Bahari. Gudang rempah tersebut diresmikan sebagai Museum Bahari pada tahun 1977, dengan gudang dan menara-menara kawal VOC di dalamnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.