JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menilai, penerapan three in one di Jakarta tidak mengurangi kemacetan.
Sebab, menurut dia, banyak pengguna kendaraan yang memakai jasa joki sehingga aman melintas ketika three in one diberlakukan.
"Kami menduga, three in one ini sebenarnya tidak ada pengaruh karena orang-orang juga pakai joki," kata dia di Balai Kota, Senin (4/4/2016).
Oleh karena itu, Ahok menilai, volume kendaraan di Jakarta ketika uji coba penghapusan three in one akan sama dengan ketika sistem itu diberlakukan.
(Baca: Polisi: Jakarta Masih Butuh "Three in One" untuk Kurangi Kemacetan)
Ahok juga mengaku sudah lama ingin menghapus three in one. Mulanya, Ahok ingin penghapusan three in one berbarengan dengan penerapan jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP).
Namun, rencana itu berubah setelah polisi mengungkapkan adanya bayi yang dimanfaatkan joki three in one. Bayi-bayi itu diberi obat penenang agar tidak rewel.
Ahok pun memutuskan untuk segera menghapus three in one tanpa menunggu penerapan ERP.
"Korban anak ini terlalu banyak yang dikasih obat tidur dan dibius. Bisa bahaya, bisa rusak otaknya bayi," ujar Ahok.
Peraturan three in one berisi larangan bagi kendaraan pribadi beroda empat berpenumpang kurang dari tiga orang melintas di jalan-jalan tertentu di Jakarta.
Peraturan itu berlaku di jalan-jalan protokol, yaitu di Jalan Sudirman, MH Thmarin, dan Gatot Subroto setiap hari Senin-Jumat pada pukul 07.00-10.00 dan pukul 16.30-19.00.
(Baca juga: Mulai Besok, "Three in One" Ditiadakan Selama Sepekan)
Meski bertujuan melarang kendaraan pribadi beroda empat dengan penumpang kurang dari tiga orang melintas, pada praktiknya, banyak joki three in one di pinggir jalan yang menawarkan jasanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.