Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penataan Kota Jangan Sampai 'Berdarah-darah'...

Kompas.com - 14/04/2016, 10:07 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama "Ahok" menyebut akan ada banyak penggusuran di akhir tahun 2016 ini.

Penggusuran tersebut merupakan bagian dari program kerjanya untuk normalisasi kali dan mengambil alih lahan negara yang puluhan tahun diduduki oleh warga.

Penggusuran oleh Ahok bukan tanpa sorotan. Pengamat Tata Kota, Nirwono Joga, menilai, penggusuran oleh Pemprov DKI Jakarta jauh dari kata manusiawi.

Proses penataan kota yang di dalamnya ada manusia, justru bertolak belakang. Salah satunya pelibatan aparat TNI dan Polri dalam berbagai penertiban Pemprov DKI Jakarta. Pelibatan TNI dan Polri itu mulai dari penggusuran Kampung Pulo, Kalijodo hingga Pasar Ikan.

"Ini yang menunjukkan kota ini kota otoriter. Kita kembalikan dulu semangat upaya penertiban ini, penatan kota manusiawi, yang dipindahkan juga manusia. Artinya pendekatannya juga harus humanis," kata Nirwono saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Rabu (13/4/2016).

Penertiban tersebut dianggap selalu atas pembenaran sebagai tujuan baik. Misalnya, dalam penertiban Pasar Ikan beberap hari lalu, Pemprov DKI Jakarta menyebut akan membangun wisata bahari kelas internasional.

KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Kerusuhan antara warga dan aparat saat pembongkaran rumah di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Kamis (20/8/2015). Pembongkaran rumah di bantaran kali ini dilakukan untuk normalisasi Kali Ciliwung.
Gagasan itu dianggap pemanis bagi warga kelas atas dengan tujuan untuk menggiring persetujuan atas penggusuran.

"Orang mau diajak baik kok enggak mau. Nah ini itu pembenaran yang diambil untuk meredam adanya kritik atau penolakan," sambung Nirwono.

Pembenaran lainnya, yakni para warga menempati lahan negara. Mereka yang menempati tersebut merupakan kampung miskin.

Dalam penataan kota sendiri, kampung miskin disebut lubang hitam (black hole). Lubang hitam itu menjadi momok penataan kota, dan harus dihapuskan. Apalagi stigma kampung miskin sudah terlanjur buruk.

"Itu kenapa penertiban ini sama sekali tidak mendapatkan perlawanan yang keras dari teman-teman aktif di medsos. Kelompok menengah ke atas kita sudah merasa yakin benar karena stigma kumuh itu dihilangkan pasti mereka lebih senang kan," ungkap Nirwono.

Pembenaran lainnya terkait pelibatan TNI dan Polri. Dua instansi pemerintahan ini jelas menjadi bagian dari pemerintah saat penertiban.

Pelibatan dua instansi ini berdasarkan penilaian sendiri. Salah satunya menganggap tindakan pemerintah untuk menggusur perkampungan miskin di lahan negara sudah dibetulkan.

"Mereka tinggal di tanah negara, sudah pasti salah. Ini jadi sudut pandang kita sebagai penegak hukum ya, sebagai polisi dan tentara, melihat yang dikerjakan Ahok ini jadi benar. Karena mereka tinggal di tanah negara, berpuluh-puluh tahun, udah keenakan kan. Nah ketika negara butuh untuk diambil, enggak ada yang salah di situ," kata Nirwono.

Ia menyarankan perlu perubahan cara berpikir dalam melakukan kebijakan penggusuran untuk penataan kota. Pembenaran-pembenaran tersebut ditakutkan berdampak pada penertiban selanjutnya dan dijadikan 'role model' penertiban.

"Kalau ini dibenarkan nanti penataan kota akan melihat lagi penertiban kawasan yang berdarah-darah di berbagai kawasan," ujar Nirwono.

Kompas TV Ini Proses Revitalisasi Kawasan Penjaringan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW1

Megapolitan
Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Banyak Jukir Liar, Pengelola Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab

Megapolitan
Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Pencuri Ban Mobil di ITC Cempaka Mas dan RSUD Koja Jual Barang Curian ke Penadah Senilai Rp 1.800.000

Megapolitan
Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Hotman Paris Duga Ada Oknum yang Ubah BAP Kasus Vina Cirebon

Megapolitan
Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Begal Calon Siswa Bintara Tewas Ditembak di Dada Saat Berusaha Kabur

Megapolitan
Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Tiga Pembunuh Vina di Cirebon Masih Buron, Hotman Paris: Dari Awal Kurang Serius

Megapolitan
Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Kesal Ada Donasi Palsu Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Keluarga Korban: Itu Sudah Penipuan!

Megapolitan
Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Merasa Ada Kejanggalan pada BAP, Hotman Paris Minta 8 Tersangka Kasus Vina Diperiksa Ulang

Megapolitan
Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Pemkot Jaksel Berencana Beri Pelatihan Kerja kepada Jukir Liar yang Terjaring Razia

Megapolitan
Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Modus Pencurian Mobil di Bogor: Jual Beli Kendaraan Bekas, Dipasang GPS dan Gandakan Kunci

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Melawan Saat Ditangkap, Satu Pembegal Calon Siswa Bintara Ditembak Mati

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Polisi Tangkap Begal yang Serang Calon Siswa Bintara Polri di Jakbar

Megapolitan
417 Bus Transjakarta Akan 'Dihapuskan', DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

417 Bus Transjakarta Akan "Dihapuskan", DPRD DKI Ingatkan Pemprov Harus Sesuai Aturan

Megapolitan
Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Ketahuan Buang Sampah di Luar Jam Operasional TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu, 12 Warga Didenda

Megapolitan
Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Bertemu Keluarga Vina Cirebon, Hotman Paris: Ada yang Tidak Beres di Penyidikan Awal

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com