Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritik Djarot pada Kebijakan di DKI Bisa Jadi Bumerang

Kompas.com - 21/04/2016, 08:35 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah beberapa kali, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat mengkritik sejumlah kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Salah satunya adalah mengenai sistem pengaduan dengan menggunakan aplikasi Qlue di tiap RT.

Djarot menyebut ketua RT tidak harus menguasai aplikasi pengaduan melalui Qlue. Pernyataan Djarot ini menjawab pertanyaan seorang warga di RW 11 Johar Baru, Jakarta Pusat, terkait Peraturan Gubernur (Pergub) tentang RT/RW yang harus melapor melalui aplikasi tersebut.

"Tidak semuanya (Ketua RT) harus menguasai Qlue, tidak perlu. (Aturan) ini akan kami kaji ulang, memang memberatkan," kata Djarot.

Padahal, Ahok (sapaan Basuki) menginginkan agar aplikasi tersebut bisa digunakan secara umum. Hal lain yang sempat dikritik Djarot adalah mengenai petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU). Djarot pernah mengatakan bahwa PPSU bisa mematikan budaya gotong royong di antara warga.

Meskipun dia mengklarifikasi hal itu di kemudian hari dengan mengatakan bahwa PPSU masih dibutuhkan. Begitupun dalam masalah terkait reklamasi pantai utara Jakarta. Djarot berpendapat reklamasi bisa merusak lingkungan dan ekosistem. Hal ini bersebrangan dengan pendapat Ahok yang menyebut tidak ada yang salah dengan reklamasi.

"Coba kamu amatin pengaruhnya pada manggrove. Tanya saja pada ahli lingkungan hidup. Ada enggak dampaknya pada hutan manggrove," kata Djarot.

Djarot harus ingat

Pengamat politik dari CSIS J Kristiadi menyarankan Djarot lebih berhati-hati saat akan melontarkan kritik. Apalagi jika kritik itu ditujukan terhadak kebijakan Pemprov DKI di mana Djarot ada di dalamnya.

"He is a part of the government. Kalau dia mengkritik pemprov, dia kritik dirinya sendiri. Kalau dia melawan kebijakan pemprov, sesungguhnya dia adalah bagian dari kebijakan itu," ujar Kristiadi kepada Kompas.com, Rabu (20/4/2016).

Kemudian, apakah artinya Djarot tidak boleh mengkritik? Kristiadi mengatakan hal itu tidak dilarang. Hanya saja, kritik disampaikan pada saat rapat berlangsung. Tentunya sebelum kebijakan resmi diputuskan.

"Saya kira Mas Djarot harus melawan dengan pintar. Dia bisa melawan di forum pada saat Pemprov akan memutuskan sesuatu yanh bertentangan dengan keyakinan dia,"ujar Kristiadi.

"Jangan sampai jadi bumerang karena dia adalah bagian dari pemerintahan," tambah Kristiadi.

Kompas TV Djarot akan Maju DKI 1?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Begal Remaja di Bekasi Residivis, Terlibat Kasus Serupa Saat di Bawah Umur

Megapolitan
Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Mayat Laki-laki dalam Kondisi Membengkak Ditemukan di Kamar Kontrakan Depok

Megapolitan
4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

4 Anggota Polda Metro Jaya Terlibat Pesta Narkoba, Kompolnas: Atasan Para Pelaku Harus Diperiksa

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Polisi Tangkap 3 Pelaku Sindikat Pencurian Motor di Tambora

Megapolitan
Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Dukcapil DKI Catat 1.038 Pendatang Baru ke Jakarta Usai Lebaran 2024

Megapolitan
Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Polisi Tangkap Pemuda yang Cabuli Anak 5 Tahun di Cengkareng

Megapolitan
Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Usai Rampas Ponsel Pelanggan Warkop, Remaja di Bekasi Lanjut Begal Pengendara Motor

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Pemprov DKI Siapkan Mitigasi Cegah Risiko dan Dampak Perekonomian Setelah Jakarta Tak Lagi Ibu Kota

Megapolitan
Polisi Tangkap TikTokers Galihloss Buntut Konten Diduga Nistakan Agama

Polisi Tangkap TikTokers Galihloss Buntut Konten Diduga Nistakan Agama

Megapolitan
Polisi Tangkap Begal Remaja yang Beraksi di Jatiasih dan Bantargebang Bekasi

Polisi Tangkap Begal Remaja yang Beraksi di Jatiasih dan Bantargebang Bekasi

Megapolitan
Jangan Khawatir Lagi, Taksi 'Online' Dipastikan Boleh Antar Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Jangan Khawatir Lagi, Taksi "Online" Dipastikan Boleh Antar Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com