JAKARTA, KOMPAS.com - Bakal calon gubernur DKI Jakarta Adhyaksa Dault tetap pada pendiriannya, yang menunggu dilamar partai politik untuk mencalonkan diri pada Pilkada DKI 2017.
Adhyaksa tidak ingin mendaftarkan diri untuk mengikuti penjaringan bakal calon gubernur yang digelar partai politik.
"Kalau (parpol) mau dan (saya) dipercaya, saya siap. Tetapi kalau harus mengikuti seleksi, wawancara, dan sebagainya, saya menolak. Karena yang sesungguhnya dicari itu pemimpin, bukan penguasa," kata Adhyaksa kepada Kompas.com, Kamis (28/4/2016) pagi.
(Baca: Saat Adhyaksa Dault Menunggu "Pinangan" Partai...)
Adhyaksa memandang ada perbedaan mendasar antara seorang pemimpin dan penguasa.
Menurut dia, seseorang dikatakan sebagai pemimpin apabila siap kapan saja mengabdi ketika masyarakat membutuhkannya.
Sementara itu, kata Adhyaksa, seorang penguasa lebih mengedepankan pencapaian sehingga lebih aktif mencari dukungan dan hal lainnya, yang bisa membuat ia mendapatkan suatu jabatan.
Sejak awal, Adhyaksa tidak mendaftarkan diri dalam penjaringan calon gubernur partai mana pun.
Ia hanya mengikuti penjaringan Partai Demokrat atas dasar undangan. Adhyaksa mengaku diminta pihak Partai Demokrat, yang mengirimkan formulir pendaftaran ke rumahnya.
Dalam penjaringan Partai Demokrat itu, Adhyaksa dinyatakan gugur karena tidak mengembalikan formulir hingga tenggat waktu yang ditentukan, yakni pada Jumat (22/4/2016) lalu.
Adhyaksa mengaku tidak sempat mengembalikan formulir tersebut karena sedang berada di luar negeri.
(Baca: Ini Alasan Adhyaksa Tak Kembalikan Formulir Bakal Cagub DKI dari Demokrat)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.