Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suara Warga Kolong Tol Ancol yang Menunggu Waktu Digusur

Kompas.com - 29/04/2016, 11:32 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Permukiman kumuh di kolong tol Ancol di Jalan Lodan Raya, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara, rencananya bakal dibongkar oleh Pemprov DKI Jakarta.

Ada yang menerima tempat tinggalnya dibongkar, namun ada pula yang meminta Pemprov DKI membatalkan rencana tersebut.

Mas Ud (60) pengurus warga di Kolong Tol Ancol itu mengatakan, warganya pasrah untuk digusur oleh pemerintah. Namun, warga meminta pemerintah menyediakan tempat tinggal pengganti berupa rumah susun.

"Warga tidak menolak. Kalau memang dibutuhkan untuk kali, kita enggak bisa buat apa-apa, kita enggak mempertahankan atau apa, yang penting siap rumah susun saja," kata Mas Ud, kepada Kompas.com, di Kolong Tol Ancol, Jakarta Utara, Jumat (29/4/2016).

Tanah di kolong tol itu disebut-sebut ada beberapa kepemilikan, mulai dari PT KAI karena belakang permukiman ini berbatasan dengan rel kereta, kemudian PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) selaku pengelola jalan tol.

Terkait pembongkaran, Mas Ud mengatakan, warga memang sudah mendengar rencana pemerintah ini. Namun, belum ada surat ataupun pemberitahuan formal dari pemerintah.

Ia pun belum tahu kapan pemerintah mau membongkar permukiman tersebut. Mas Ud membenarkan, rencana pembongkaran tempat tinggal warga memang untuk kepentingan pembangunan sodetan.

"Rencananya mau dibikin kali dari Kali Ancol sini ke Ciliwung," ujar Mas Ud.

Menurut dia, kolong tol Ancol dihuni oleh sekitar 300 kepala keluarga. Itu membentang kurang lebih 1 kilometer dari Kali Ancol sampai tembus Sungai Ciliwung arah Pasar Ikan.

Sebagian besar penduduk kolong tol mengaku ber-kartu tanda penduduk (KTP) DKI, sisanya pendatang.

Kompas.com/Robertus Belarminus Pemukiman Liar di Kolong Tol Ancol di Jalan Lodan Raya, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara, Jumat (29/4/2016)
Namun, lanjut Mas Ud, wilayah yang ditempatinya dan warga lain di sana itu tidak memiliki RT/RW alias wilayah abu-abu. Sehingga, kebanyakan yang ber-KTP DKI bergabung dengan RT terdekat atau dari luar.

Rata-rata para warga setempat bekerja mulai dari pengepul barang bekas, buruh, pedagang pasar dan warung, pemulung, dan lainnya. Ia mengatakan, warganya setuju jika pembongkaran dilakukan setelah rumah susun siap.

"Kita setuju (dibongkar), saya sudah ngomong sama Pak Lurah. Mau ditempatin ke rusun mana saja terserah. Asal rusun siap," ujar Mas Ud.

Santi (45), perempuan yang telah tinggal di kolong tol itu sejak 2003 berharap, Pemprov DKI tidak melakukan penggusuran. Santi khawatir kalau direlokasi ke rusun dirinya tidak bisa mencari makan.

Sebab, ia bekerja sebagai pemungut dan penyapu sampah di kolong tol. Sebulan, ia mendapat penghasilan Rp 600.000 dibayar oleh sesama warga kolong dari kerjanya membersihkan lingkungan.

Halaman:


Terkini Lainnya

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Nasib Apes Pria di Bekasi, Niat Ikut Program Beasiswa S3 Malah Ditipu Rp 30 Juta

Megapolitan
Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Tunduknya Pengemudi Fortuner Arogan di Hadapan Polisi, akibat Pakai Pelat Palsu Melebihi Gaya Tentara

Megapolitan
Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Cerita Eki Rela Nabung 3 Bulan Sebelum Lebaran demi Bisa Bagi-bagi THR ke Keluarga

Megapolitan
Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari 'Basement' Toko Bingkai 'Saudara Frame' Mampang

Polisi Sebut Api Pertama Kali Muncul dari "Basement" Toko Bingkai "Saudara Frame" Mampang

Megapolitan
Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Jasad Perempuan Ditemukan Tergeletak di Dermaga Pulau Pari, Wajahnya Sudah Hancur

Megapolitan
Pemadaman Kebakaran 'Saudara Frame' Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Pemadaman Kebakaran "Saudara Frame" Mampang Masih Berlangsung, Arus Lalu Lintas Padat Merayap

Megapolitan
Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran 'Saudara Frame' di Mampang Berhasil Dievakuasi

Terjebak Semalaman, 7 Jasad Korban Kebakaran "Saudara Frame" di Mampang Berhasil Dievakuasi

Megapolitan
Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Meledaknya Alat Kompresor Diduga Jadi Penyebab Kebakaran Toko Bingkai di Mampang

Megapolitan
Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering 'Video Call'

Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui, Alasan Buka 24 Jam dan Sering "Video Call"

Megapolitan
7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

7 Korban yang Terjebak Kebakaran di Toko Bingkai Mampang Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Runtuhnya Kejayaan Manusia Sampan yang Kini Dekat dengan Lubang Kemiskinan Ekstrem

Megapolitan
Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Kondisi Terkini Kebakaran Saudara Frame Mampang, Api Belum Dinyatakan Padam Setelah 11 Jam

Megapolitan
Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Anak-anak Belanjakan THR ke Toko Mainan, Pedagang Pasar Gembrong Raup Jutaan Rupiah

Megapolitan
Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Petantang-petenteng Sopir Fortuner yang Ngaku Anggota TNI: Bermula Pakai Pelat Dinas Palsu, Kini Terancam Bui

Megapolitan
Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Polisi Usut Laporan terhadap Pendeta Gilbert Lumoindong atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com