JAKARTA, KOMPAS.com - Satu lagi kawasan di Jakarta bakal ditertibkan oleh Pemerintah Provinsi DKI.
Kali ini, rencananya kawasan kolong tol Ancol yang bakal bongkar untuk kepentingan normalisasi dan sodetan.
Kurang lebih 300 kepala keluarga di kolong tol itu menanti nasib mereka. Warga kolong tol berharap, pemerintah mau menampung mereka ke rumah susun.
Mas Ud (60) pengurus warga di Kolong Tol Ancol itu mengatakan, warganya pasrah untuk digusur oleh pemerintah.
"Warga tidak menolak. Kalau memang dibutuhkan untuk (bangun) kali, kami enggak bisa buat apa-apa, kami enggak mempertahankan atau apa, yang penting siap rumah susun saja," kata Mas Ud, kepada Kompas.com, di Kolong Tol Ancol, Jakarta Utara, Jumat (29/4/2016).
Rencana menggusur kawasan itu memang sudah sampai ke telinga warga. Namun, kapan waktu pasti eksekusinya warga belum tahu.
"Kami cuma dengar aja, belum ada surat dari pemerintah ke kita," ujar Mas Ud.
Namun, ia mendengar rencana pembongkaran tempat tinggal warga memang untuk kepentingan pembangunan sodetan. "Rencananya mau dibikin kali dari Kali Ancol sini ke Ciliwung," ujar Mas Ud.
Adapun kolong tol Ancol dihuni oleh sekitar 300 kepala keluarga, yang tinggal di daerah yang membentang kurang lebih satu kilometer dari Kali Ancol sampai tembus Sungai Ciliwung.
Sebagian besar penduduk kolong tol diklaim ber-kartu tanda penduduk (KTP) DKI, sisanya pendatang.
Wilayah itu tidak memiliki RT/RW. Sehingga kebanyakan yang ber-KTP DKI bergabung dengan RT terdekat atau dari luar.
Para warga setempat rata-rata bekerja mulai dari pengepul barang bekas, buruh, pedagang pasar dan warung, pemulung, dan lainnya.
Santi (45) salah satu perempuan yang tinggal di kolong tol itu sejak 2003 berharap, Pemprov DKI tidak melakukan penggusuran.
Santi khawatir kalau direlokasi ke rusun dirinya tidak bisa mencari makan. Sebab, ia bekerja sebagai pemungut dan penyapu sampah di kolong tol.
Sebulan, ia mendapat penghasilan Rp 600.000 dibayar oleh sesama warga kolong dari kerjanya membersihkan lingkungan.