Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Penelusuran "Teman Ahok" untuk Tudingan "Nyolong" KTP

Kompas.com - 02/05/2016, 07:50 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam era teknologi, tentu bukan sulit untuk melacak aktivitas yang bisa tercatat dalam teknologi itu sendiri. Pengguna teknologi hanya perlu menelusuri data-data yang tersimpan.

Begitu juga dengan "Teman Ahok", yang menjawab tudingan melakukan aksi pencurian kartu tanda penduduk (KTP) sebagai syarat dukungan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok untuk kembali menjadi calon gubernur DKI Jakarta.

Sebagai relawan yang berbasis data, penting bagi "Teman Ahok" untuk memaksimalkan teknologi yang ada untuk mencatat aktivitas dari pengumpulan KTP. Sehingga, dalam kasus tudingan pencurian KTP pun bisa dijawab dengan mudah.

Seperti kasus tudingan oleh akun Twitter milik @antohendardji. Anto me-mention akun @TemanAhok dengan menyebut relawan itu mencuri KTP dirinya untuk dukungan kepada Ahok.

Anto mengaku menerima pesan singkat konfirmasi pengumpulan KTP. Padahal, dirinya tidak pernah merasa mengumpulkan KTP untuk Ahok. Saat dikonfirmasi, "Teman Ahok" mengakui pesan singkat itu dikirim oleh tim relawan.

Pengiriman pesan konfirmasi itu berdasar dari data formulir yang masuk dan diterima "Teman Ahok". Dalam penelusuran "Teman Ahok", terkuak soal fakta lain dari Anto. Anto, dalam data "Teman Ahok" tidak mendaftar sendiri.

Berdasar penelusuran, ada satu nama lagi, yakni Suwari Hentiono. Suwari sendiri disebut sebagai ibu dari Anto. Suwari jugalah yang mengisi dan mengembalikan.

"Kuat dugaan kami, Ny Suwarti yang mengumpulkan KTP Anto. Karena tanda tangan di KTP dan form dukungan Ny Suwarti sama persis seperti yang ada di form atas nama Anto," kata Amalia.

Penelusuran oleh "Teman Ahok" dilakukan kurang dari 15 menit. Amalia mengakui kecanggihan sistem "Teman Ahok" dimaksimalkan untuk menjawab fitnah yang dianggap keji itu.

"Teman Ahok" pun tak takut jika pihak Anto ingin membawa ini ke ranah hukum. Sebab, Amalia mengaku aktivitas pengumpulan yang dilakukan di Pondok Indah Mal (PIM) 1 pada tanggal 27 Maret 2016 itu terekam CCTV mal.

"Teman Ahok" juga menyebut memiliki ahli forensik tulisan yang bisa membuktikan soal tanda tangan Anto.

"Untuk pencemaran nama baik TA, kami tak akan tuntut jika ini bisa selesai di sini. Kasihan Ibunda, mungkin beliau cuma mau dukung Ahok," kata Amalia. (Baca: "Teman Ahok": Fitnah Kami "Nyolong" KTP Itu Keji)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasad Perempuan dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com