JAKARTA, KOMPAS.com - Adrianus Meliala, mantan Komisioner Kompolnas, mengatakan kasus kematian pendukung Persija menunjukan buruknya ketertiban umum masyarakat Indonesia sekaligus kinerja kepolisian selama ini dalam melakukan penertiban.
Menurut Adrianus, dalam hal ini baik kepolisian maupun pendukung sepak bola sama-sama harus melakukan introspeksi.
"Ada negara yang masyarakatnya patuh dengan polisi, itu menandakan masyarakatnya taat aturan dan polisinya dipercaya karena kinerjanya yang baik, sehingga masyarakat dan polisi sama-sama mengerti, nah, di Indonesia tidak," ujar Adrianus saat dihubungi Kompas.com Senin (16/5/2016).
Dia menambahkan, sudah sepantasnya polisi mengikuti prosedur yang berlaku saat melakukan penertiban. Tetapi, sudah sepantasnya pula masyarakat, khususnya pendukung sepak bola juga menertibkan dirinya sendiri.
"Di Indonesia kadang massa yang memprovokasi polisi dengan meludahi polisi dan lain sebagainya, kadang sebaliknya, justru polisi yang memulai dengan aksi kekerasan. Ini cermin masyarakat yang tidak tertib dan polisi yang tidak profesional, keduanya harus introspeksi," ucap Adrianus.
(Baca: Kronologi Tewasnya Suporter Persija Versi Pihak Keluarga)
Dia mencontohkan di negara maju, yang cukup menurunkan satu polisi dalam penertiban massa. Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena masyarakatnya tertib dan polisinya pun profesional.
"Jadi kalau polisinya bilang jangan masuk mereka ya enggak masuk, karena mereka percaya dengan polisi, hormat dengan polisi," tutur Adrianus.
Sebelumnya, kakak korban, yaitu Sholeh, menuturkan bahwa kejadian berawal saat Fahreza hendak masuk ke stadion bersama kakaknya yang nomor dua, Suyatna.
Saat sampai di stadion, Yatna dan Fahreza tidak kebagian tiket. Lalu, kerusuhan terjadi antara pendukung Persija dan petugas keamanan. Saat rusuh, Yatna yang terpisah dengan Fahreza yang melihat adiknya itu dipukul petugas berseragam polisi.
"Dipukul pakai bambu di bagian punggung dan kepala," kata Sholeh di Jagakarsa, Minggu.
Sholeh mendapat kabar pada sekitar pukul 21.00 dan segera bergegas menuju stadion. Korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Andika, lalu dirujuk ke RS Zahira, dan akhirnya menjalani perawatan intensif selama dua hari di Rumah Sakit Marinir Cilandak.
Fahreza yang mengalami koma, sempat sadar. Ia muntah-muntah, dan tak lama meninggal dunia. Korban diketahui mengalami luka parah pada bagian kepala akibat pukulan benda tumpul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.