JAKARTA, KOMPAS.com - Pada malam peluncuran aplikasi iJakarta, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengaku sangat bahagia. Perpustakaan digital berbasis media sosial itu merupakan hal yang dia impikan sejak dulu.
Ahok bercerita, dirinya sempat terkejut ketika hampir semua sekolah di Jakarta ingin membuat perpustakaan. Jika diwujudkan, anggaran yang keluar akan begitu banyak. Belum lagi untuk biaya perawatan perpustakaan tersebut.
"Makanya dirumuskanlah iJakarta. Waktu dulu masih ada kekurangan harus banyak perbaikan-perbaikan," ujar Ahok, sapaan Basuki, di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Selasa (17/6/2016) malam.
Dalam perkembangan pembuatannya, aplikasi iJakarta bahkan sudah melebihi apa yang diminta Ahok. Ahok mengatakan, saat ini aplikasi tersebut tidak hanya menyediakan buku digital untuk dibaca saja. Melainkan, juga menyediakan fitur-fitur lain seperti penghitung waktu baca.
"Saya mau bohong jadi enggak bisa. Dia bisa tahu saya bacanya berapa menit. Kurang ajar enggak tuh ha-ha-ha. Saya enggak ngajarin begitu padahal," ujar Ahok.
"Saya yakin ini sangat revolusioner dan merupakan kebanggaan kita," sambungnya.
Ahok semakin senang karena aplikasi ini merupakan buah dari ide kreatif anak-anak muda. Nantinya, Ahok ingin jumlah buku digital yang tersedia di iJakarta bisa semakin bertambah.
Dia telah menginstruksikan kepada anak buahnya untuk menganggarkan pembelian buku-buku digital itu. Judul buku yang sudah ada dan banyak antreannya akan ditambah supaya orang tidak perlu lama mengantre.
Satu keunggulan iJakarta yang juga disukai Ahok adalah sistem pengembalian buku otomatis. Pembaca tidak perlu menekan tombol apapun jika ingin mengembalikan buku. Buku secara otomatis akan dikembalikan setelah waktu peminjaman habis.
"Dulu saya sering pinjam buku dan denda mulu tahu enggak. Itu karena lupa balikin, mau balikin lupa bawa bukunya. Kalau ini kan balik sendiri dia. Saya pikir bagus sekali ini, terus saya dorong buat promosi ini," ujar Ahok.