Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pasukan Oranye", Beraksi di Tengah Keterbatasan Alat dan Kesejahteraan

Kompas.com - 18/05/2016, 11:36 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi pekerja harian lepas (PHL) Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air Dinas Kebersihan DKI Jakarta semakin menjadi sorotan masyarakat. Sepak terjang mereka membersihkan sampah di sungai-sungai Jakarta menampakkan hasil nyata dan diapresiasi warga.

Namun, di lapangan, "pasukan oranye"  banyak menemui tantangan, seperti peralatan kebersihan yang minim hingga kesejahteraan yang belum mencukupi.

Asisten Koordinator UPK Badan Air Kecamatan Taman Sari, Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, Nur Hidayat kepada Kompas.com mengatakan bahwa saat ini peralatan kebersihan di Jakarta Utara mayoritas sudah rusak.

Hidayat menuturkan, perlengkapan seperti saringan yang digunakan untuk mengambil sampah dari sungai saat ini sudah sangat minim. Bahkan, para petugas terpaksa membuat saringan menggunakan rangka kipas bekas agar pekerjaan tidak terhambat.

Tak hanya itu, peralatan lainnya seperti perahu apung yang digunakan untuk mengangkut sampah juga sudah rusak. Ada sekitar 10 unit perahu dari berbagai ukuran yang disediakan oleh Pemprov DKI.

Setiap harinya, untuk satu bantaran sungai, perahu tersebut mampu mengangkut 3-4 kubik sampah per harinya. Ukuran perahu yang digunakan yaitu 3 x 2 meter dan 6 x 4 meter.

Untuk membersihkan 11 titik sungai yang ada di Kecamatan Taman Sari jelas membutuhkan perahu yang lebih banyak.

"Karena dipakai setiap hari, jadi cepat rusak. Kami sudah ajukan untuk penyediaan alat-alat, tapi karena mungkin prosesnya, ya kami tunggu saja," ujar Hidayat, Selasa (17/5/2016).

Selain itu, pembersihan sungai juga dilakukan secara manual. Para petugas menggunakan cangkul guna membersihkan sampah yang menumpuk di dasar sungai. Tidak ada alat berat yang dikerahkan untuk mengeruk sungai.

Hidayat juga menceritakan bagaimana dirinya dan 130 petugas Badan Air di Kecamatan Taman Sari yang sampai saat ini belum mendapatkan jaminan kesehatan seperti BPJS, padahal lingkungan pekerjaan dari petugas jelas sangat rawan terhadap penyakit.

"Pekerjaan ini kan rawan penyakit, untuk kesehatan kami belum megang, jadi kalau teman-teman sakit, ya berobat sendiri. Kalau orang Jakarta ada KJS ya bisa. Tapi kalau tidak ada ya bayar sendiri," ujar Hidayat.

Hidayat menceritakan bahwa ada seorang petugas Badan Air yang mengalami kecelakaan saat bekerja karena tidak memiliki BPJS, pekerja tersebut harus membayar sendiri pengobatan yang biayanya mencapai ratusan ribu rupiah.

Badan Air setiap hari bekerja mulai pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB. Ada 7 sampai 14 petugas yang dikerahkan setiap hari untuk membersihkan sampah tergantung dari panjang aliran sungai dan banyaknya sampah yang menumpuk di dasar sungai.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com