Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Tugu Peringatan Rakjat Serpong yang Terhimpit Warung dan Rumah Makan

Kompas.com - 25/05/2016, 14:38 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Bangunan Tugu Peringatan Rakjat Serpong yang berdiri terhimpit warung dan rumah makan Padang di Tangerang Selatan merupakan simbol perlawanan rakyat terhadap Agresi Militer Belanda Kedua tahun 1948 silam.

Mantan Ketua Dewan Kesenian Tangerang Selatan Agam Pamungkas Lubah menceritakan, bagaimana dulu rakyat sipil bangkit melawan tentara Belanda dan berjuang di tempat yang kini lebih dikenal sebagai bundaran Cisauk atau persis di seberang bekas lahan Makam Pahlawan Seribu.

"Saat itu, beberapa tokoh masyarakat memutuskan untuk melawan tentara Belanda dalam Agresi Militer Belanda Kedua. Mereka murni dari rakyat, tidak melibatkan BKR (Badan Keamanan Rakyat) atau TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Perlawanan itu dari daerah yang namanya Suradita menuju ke lokasi peperangan," kata Agam kepada Kompas.com, Rabu (25/5/2016).

Awalnya, perlawanan dilakukan hanya oleh beberapa orang saja, tujuh sampai delapan orang, yang adalah tokoh masyarakat di sana. Dua nama yang dikenal sebagai penggerak perlawanan terhadap Belanda saat itu adalah Buya Hakim dan Baharuddin.

Dari Suradita menuju bundaran Cisauk, orang-orang tersebut menyerukan takbir yang kemudian membuat warga di sekitar sana ikut serta bersama mereka melawan tentara Belanda yang berjaga di pos dekat tugu.

KOMPAS.com/ANDRI DONNAL PUTERA Kondisi Tugu Peringatan Rakjat Serpong di bundaran Cisauk, Tangerang Selatan, Rabu (25/5/2016). Situs sejarah bentuk perlawanan rakyat terhadap Agresi Militer Belanda Kedua itu kini tidak terawat, ditambah dengan banyaknya pedagang dan warga yang mendirikan bangunan semi permanen di sana.

Pos yang dimaksud kini sudah berubah menjadi Kantor Samsat Cilenggang. Peperangan melawan Belanda terjadi selama satu hari. Rakyat yang tidak dibekali dengan persenjataan lengkap membuat tentara Belanda dapat mengalahkan mereka.

Jenazah mereka yang ikut serta dalam perlawanan tersebut dikubur bersama di dalam satu liang besar yang akhirnya dikenal sebagai Makam Pahlawan Seribu.

"Namanya Makam Pahlawan Seribu, tapi rakyat yang jadi korban cuma 300-an. Makamnya dulu sudah sempat dipindahkan oleh Presiden Soeharto ke tempat yang sekarang dikenal dengan nama Taman Makam Pahlawan Seribu di seberang Taman Tekno," tutur Agam.

Adapun peninggalan sejarah Tugu Peringatan Rakjat Serpong kini kondisinya memprihatinkan. Tugu tersebut terhimpit oleh warung kelontong dan rumah makan Padang di samping kiri dan kanannya. Bahkan, saking terpencilnya Tugu Peringatan Rakjat Serpong, sampai-sampai tidak terlihat dari jalan besar.

KOMPAS.com/ANDRI DONNAL PUTERA Kondisi Tugu Peringatan Rakjat Serpong di bundaran Cisauk, Tangerang Selatan, Rabu (25/5/2016). Situs sejarah bentuk perlawanan rakyat terhadap Agresi Militer Belanda Kedua itu kini tidak terawat, ditambah dengan banyaknya pedagang dan warga yang mendirikan bangunan semi permanen di sana.

Untuk melihat situs tersebut, harus mendekat terlebih dahulu ke warung atau rumah makan Padang di sana. Dulunya, daerah di sekitar tugu tersebut tidak ada bangunan apapun. Hanya ada tugu yang memiliki tinggi dua meter lebih itu berikut dengan tiang dan Bendera Merah Putih di atasnya. Kini, tugu tersebut semakin kusam karena tidak terawat dan kain Bendera Merah Putih di atasnya juga ikut menghitam terkena debu asap kendaraan setiap harinya.

Beberapa bagian tugu pun sudah berlumut dan retak di sejumlah titik. Sesekali, warga ada yang memarkirkan kendaraan tepat di depannya hingga menutupi seluruh bagian tugu. Sampah seperti bungkus rokok dan plastik kresek juga bertebaran di sekitar lokasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com