JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bermimpi mewujudkan Jakarta sebagai kota ramah penyandang disabilitas. Semua warga negara berhak mendapat fasilitas dari pemerintah, tak terkecuali para penyandang disabilitas.
Mulai dari trotoar, toilet, hingga bus harus dirancang sedemikian rupa agar mereka dapat menikmati fasilitas tersebut.
"Jadi semua kota manapun di dunia harus memiiki fasilitas yang ramah disabilitas. Jadi kalau kota manapun tidak bisa sediakan (fasilitas) yang ramah disabilitas, dia enggak bisa disebut kota sebenarnya," kata Basuki, Sabtu (28/5/2016).
Mulai dari toilet, Basuki menginstruksikan agar toilet yang ada di taman maupun RPTRA (ruang publik terpadu ramah anak) harus ramah terhadap penyandang disabilitas. Menuju toilet, harus ada guiding block atau ubin pemandu.
Seluruh toilet juga akan dibangun sekelas toilet di mal. Sebab, banyak pengunjung taman menahan makan dan minum, hanya karena enggan ke toilet taman yang jorok. Contohnya seperti di Monumen Nasional (Monas) dan Lapangan Banteng.
"Lalu kalau naik kursi roda ke taman apa enggak stress lokasinya jauh dari rumah? Sekarang taman juga banyak enggak ada ubin pemandu, orang penyandang disabilitas dan tunanetra jarang menikmati taman," kata Basuki.
Masalah baru muncul ketika para penyandang disabilitas tidak sanggup ke taman karena biaya transportasi yang tinggi. Basuki mengatakan, tahun ini, Pemprov DKI Jakarta memesan 250 unit bus transjakarta merek Mercedes Benz dengan spesifikasi dek pendek atau menyentuh trotoar serta suspensinya miring ke kiri.
Dek pendek ini akan memudahkan pengguna kursi roda masuk ke dalam bus.
"Kami harapkan penyandang disabilitas sama lansia gratis naik transjakarta juga sudah saya instruksikan. Hanya saja busnya belum ada, sekarang bus nya masih ketinggian tangganya," kata Basuki.
Terakhir, soal trotoar. Banyak guiding block berwarna kuning yang sudah sulit dijangkau oleh penyandang disabilitas. Bahkan, tak sedikit guiding block yang menabrak pohon, reklame, dan lain-lain.
Selain itu, Basuki mengeluhkan jauhnya jarak antara tombol penyeberangan dengan guiding blocks. Suara tombol sebagai penanda penyeberangan juga banyak yang tidak berfungsi. Lampu hijau penyeberangan dirasa Basuki terlalu cepat untuk menyeberang.
"Yang paling penting saat menyongsong Asean Games 2018, kami harap trotoar dari Monas sampai Senayan itu sudah lebar rata-rata 9,5 meter dan itu tentu kami akan pasang kotak S," kata Basuki.
Disebut Kotak S karena bentuknya seperti huruf S dan memudahkan pengguna kursi roda berjalan di trotoar. Hanya kursi roda yang bisa melalui kotak S tersebut.
Sementara motor tidak bisa melalui alat berbahan stainless steel tersebut.
"Palak" pengembang