Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saling Lempar Sikap antara Ahok dan Relawan Pendukungnya

Kompas.com - 16/06/2016, 13:23 WIB
David Oliver Purba

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Deklarasi dukungan yang diumumkan oleh Partai Golkar untuk mendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok semakin menambah kegundahan sang petahana dan kelompok pendukungnya.

Saling mempertanyakan sikap juga terjadi antara Ahok dan relawan pendukungnya, "Teman Ahok". Sebelum dukungan dari Golkar muncul, Ahok dengan mantap mengatakan akan tetap maju melalui jalur independen dengan Teman Ahok sebagai pendukungnya.

Namun, sejak pelaksana tugas Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta Yorrys Raweyai menyatakan bahwa Golkar telah sepakat mendukung Ahok pada Pilkada DKI 2017, Selasa (14/6/2016), Ahok tampak bimbang dan menyerahkan keputusan kepada Teman Ahok.

"Tergantung mereka (Teman Ahok) aja maunya apa. Mereka yang putusin. Dulu kan Teman Ahok khawatir saya enggak bisa ikut (pilkada) gitu kan. Makanya sekarang saya mau tanya, mereka maunya gimana," ucap Ahok, Selasa.

Dengan masuknya Golkar ditambah Partai Hanura dan Nasdem yang sejak awal mengambil gerak cepat untuk mendukung Ahok, total jumlah kursi di DPRD untuk mendukung Ahok maju melalui parpol sudah sangat mencukupi, yaitu 24 kursi. Belum lagi aturan verifikasi faktual untuk 1 juta KTP yang disebut sebagian kalangan akan mempersulit kelompok Teman Ahok. (Baca: Dukungan Partai Mencukupi, Ahok Pertanyakan Keputusan "Teman Ahok" di Jalur Independen)

Terlebih lagi, aturan verifikasi faktual untuk KTP pendukung Ahok disebut sejumlah pengamat akan menyulitkan langkah sang petahana. Dalam aturan itu, batas verifikasi faktual untuk pendukung calon perseorangan datang ke PPS hanya selama tiga hari.

Juru bicara Teman Ahok, Singgih Widyastomo, mengatakan, apabila Ahok berbelok mengikuti jalur parpol, Ahok harus menjelaskan kepada para relawan mengenai alasan dia mengambil pilihan itu. Namun, Singgih tetap menyerahkan semua keputusan kepada Ahok.

"Dari kami, kami menyiapkan kendaraan alternatif dari awal, artinya kami mempersilakan Bapak untuk pilih, ingin ikut partai politik atau independen. Nah, kalau dari kami pribadi yang pasti saat ini melalui jalur independen kan, tapi kami semua menyerahkan ke Bapak keputusan akhir. Kenapa masuk partai atau independen, pasti banyak pertimbangan," ujar Singgih. (Baca: "Teman Ahok" Akan Kembali Pertanyakan Sikap Ahok )

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Ada Demo di Patung Kuda, Arus Lalin Menuju Harmoni via Jalan Medan Merdeka Barat Dialihkan

Megapolitan
Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran 'Saudara Frame'

Ini Daftar Identitas Korban Kebakaran "Saudara Frame"

Megapolitan
Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Acungi Jempol Perekam Sopir Fortuner Arogan yang Mengaku TNI, Pakar: Penyintas yang Berani Melawan Inferioritas

Megapolitan
Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Fraksi PKS DKI Nilai Penonaktifan NIK Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Tak Adil

Megapolitan
Identitas 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Belum Diketahui

Identitas 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Belum Diketahui

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Telan Anggaran Rp 22 Miliar, untuk Interior hingga Kebutuhan Protokoler

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com