JAKARTA, KOMPAS.com — Deklarasi dukungan yang diumumkan oleh Partai Golkar untuk mendukung Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok semakin menambah kegundahan sang petahana dan kelompok pendukungnya.
Saling mempertanyakan sikap juga terjadi antara Ahok dan relawan pendukungnya, "Teman Ahok". Sebelum dukungan dari Golkar muncul, Ahok dengan mantap mengatakan akan tetap maju melalui jalur independen dengan Teman Ahok sebagai pendukungnya.
Namun, sejak pelaksana tugas Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta Yorrys Raweyai menyatakan bahwa Golkar telah sepakat mendukung Ahok pada Pilkada DKI 2017, Selasa (14/6/2016), Ahok tampak bimbang dan menyerahkan keputusan kepada Teman Ahok.
"Tergantung mereka (Teman Ahok) aja maunya apa. Mereka yang putusin. Dulu kan Teman Ahok khawatir saya enggak bisa ikut (pilkada) gitu kan. Makanya sekarang saya mau tanya, mereka maunya gimana," ucap Ahok, Selasa.
Dengan masuknya Golkar ditambah Partai Hanura dan Nasdem yang sejak awal mengambil gerak cepat untuk mendukung Ahok, total jumlah kursi di DPRD untuk mendukung Ahok maju melalui parpol sudah sangat mencukupi, yaitu 24 kursi. Belum lagi aturan verifikasi faktual untuk 1 juta KTP yang disebut sebagian kalangan akan mempersulit kelompok Teman Ahok. (Baca: Dukungan Partai Mencukupi, Ahok Pertanyakan Keputusan "Teman Ahok" di Jalur Independen)
Terlebih lagi, aturan verifikasi faktual untuk KTP pendukung Ahok disebut sejumlah pengamat akan menyulitkan langkah sang petahana. Dalam aturan itu, batas verifikasi faktual untuk pendukung calon perseorangan datang ke PPS hanya selama tiga hari.
Juru bicara Teman Ahok, Singgih Widyastomo, mengatakan, apabila Ahok berbelok mengikuti jalur parpol, Ahok harus menjelaskan kepada para relawan mengenai alasan dia mengambil pilihan itu. Namun, Singgih tetap menyerahkan semua keputusan kepada Ahok.
"Dari kami, kami menyiapkan kendaraan alternatif dari awal, artinya kami mempersilakan Bapak untuk pilih, ingin ikut partai politik atau independen. Nah, kalau dari kami pribadi yang pasti saat ini melalui jalur independen kan, tapi kami semua menyerahkan ke Bapak keputusan akhir. Kenapa masuk partai atau independen, pasti banyak pertimbangan," ujar Singgih. (Baca: "Teman Ahok" Akan Kembali Pertanyakan Sikap Ahok )
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.