JAKARTA, KOMPAS.com — Ahli hukum relawan "Teman Ahok", Andi P Syafrani, menilai adanya tarik-menarik antara Teman Ahok dan partai politik. Terlebih lagi, sudah ada tiga parpol yang mendukung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, yakni Nasdem dan Hanura, serta dukungan Golkar meskipun belum ketok palu.
Andi pun menilai tarik-menarik itu wajar terjadi.
"Wajar kalau sekarang semakin memanas tarik-menariknya antara Teman Ahok dan partai politik," ujar Andi di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (18/6/2016).
Proses tarik-menarik tersebut dinilai semakin menguat karena kini proses pendaftaran calon gubernur DKI sudah semakin dekat.
(Baca: Aburizal Sebut Tak Mungkin Golkar Dukung jika Ahok Maju lewat Jalur Independen)
"Proses tarik-menarik ini memang semakin kuat mengingat tahapan atau proses pencalonan semakin dekat. UU hasil revisi sudah disahkan," kata dia.
Teman Ahok akan berkomunikasi dengan Ahok untuk membicarakan jalur mana yang akan diambil Ahok untuk maju dalam Pilkada 2017 mendatang.
"Pilihannya tentu nanti ini akan kami putuskan berdasarkan komunikasi kami dengan Pak Ahok dalam waktu dekat," kata Andi.
(Baca: Wiranto: Ahok Maju lewat Parpol atau Independen Oke)
Menurut Andi, banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan jalur apa yang nantinya akan diambil Ahok. Yang pasti, Teman Ahok masih fokus untuk mengumpulkan 1 juta data KTP yang rencananya akan dirayakan besok.
"Tentu banyak perhitungannya. Yang jelas kalau bicara independen, kami masih konsisten dengan apa yang disampaikan Pak Ahok di awal, kami mencapai dulu target 1 juta," tuturnya.
Meskipun jumlah kursi ketiga partai yang mendukung Ahok memenuhi syarat minimal pencalonan melalui jalur parpol, Andi menilai masih ada hal lain yang harus dipertimbangkan, salah satunya besarnya dukungan pemilih parpol tersebut.
(Baca: Surya Paloh: Nasdem Dukung Ahok Sepenuhnya, Entah lewat Partai atau Tidak)
Andi menyebut persentase dukungan parpol belum sebanding dengan banyaknya dukungan 1 juta data KTP melalui jalur independen.
"Dukungan parpol misalnya hanya dukungan minimal 25 persen, menurut kami kan itu tentu masih jauh lebih besar (dukungan 1 juta KTP) kalau dikonversi dengan suara 1 juta orang melalui jalur perseorangan. Kami harus mempertimbangkan bahwa ini belum cukup kuat untuk dikontestasi dengan jalur perseorangan," kata Andi.
Dengan dukungan dari Nasdem, Hanura, dan Golkar, Ahok sudah mendapat 24 kursi di DPRD DKI Jakarta, yakni Nasdem dengan 5 kursi, Hanura dengan 10 kursi, dan Golkar dengan 9 kursi. Jumlah tersebut sudah memiliki cukup kursi untuk memenuhi persyaratan maju melalui parpol pada Pilkada DKI Jakarta 2017.