Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
JJ Rizal

Sejarawan dan pekerja di Komunitas Bambu, penerbit khusus buku-buku sejarah.

Ahok dan "Hollands Denken"

Kompas.com - 20/06/2016, 12:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

“Ulang tahun Jakarta 22 Juni 1527 ditemukan di tengah semangat besar pembebasan sejarah Indonesia dari sudut pandang kolonial. “Jauhi penyakit Hollands denken,” begitu pesan Walikota Sudiro pada awal 1956 ketika menugaskan guru besar sejarah di UI, Prof. Dr. Sukanto, mencari hari lahir Jakarta.

Mengapa pesan Walikota Sudiro itu perlu diungkit lagi?

Gampangnya karena ulang tahun Jakarta sudah dekat. Lebih jauh karena Gubernur Ahok dalam soal kawasan sejarah Pasar Ikan dan Luar Batang akhirnya berkonsultasi dengan pakar arkeologi.

Tetapi, sayangnya—selain sudah telat karena situs sejarah benteng Zeeburg dalam penggusuran Pasar Ikan yang lalu ikut digusur—Gubernur Ahok menggunakan hasil konsultasi itu untuk menyerang dan melegitimasi niatnya menggusur Luar Batang: “Pada era kolonial kawasan Luar Batang dijadikan gudang penyimpanan, jika ada gudang mana mungkin ada warga bermukim di sana.”

Celakanya pernyataan Gubernur Ahok itu keliru. Sebab menurut F. de Haan dalam Oud Batavia kampung Luar Batang oleh Kompeni dijadikan pemukiman yang menampung para nelayan dari Jawa Timur dan Cirebon yang disebut wetanger, orang-orang dari timur.

Kekeliruan ini memalukan sekaligus memberitahukan bahwa Gubernur Ahok menderita hongeroedem (busung lapar) sejarah. Gubernur tidak tahu sejarah paling elementer kotanya bahwa Luar Batang adalah kawasan yang menyatu dengan sejarah Sunda Kelapa, kota bandar yang jauh sebelum Belanda tiba sudah ada dan diacu sebagai cikal-bakal Jakarta.

Sebab itu pernyataan Gubernur Ahok mengandung kuman berbahaya yang bisa membangkitkan lagi penyakit sejarah paling mematikan, yaitu sejarah Indonesia sama dengan sejarah orang Belanda, tak terkecuali sejarah Jakarta.

Sejarah Jakarta hanya dimulai saat orang Belanda tiba dan membangun Batavia. Sebelum itu tidak ada sejarah Jakarta. Para sejarawan menyebutnya Neerlandosentris.

Cara pandang kolonial

Cara pandang sejarah yang berorientasi kolonial. Inilah yang disebut Sudiro sebagai penyakit Hollands denken, yaitu ungkapan tersohor pasca-kemerdekaan yang digunakan Sukarno untuk menunjuk kepada “pandangan yang cupet, cetek, sempit, dangkal dan bodoh”.

Ungkapan Hollands denken sering digandengkan dengan kleinburgelijk atau pandangan dunia seseorang yang bagai katak dalam tempurung. Pola pikir kleinburgelijk disampaikan secara sistematis melalui sekolah rendah dan menengah.

Dalam konteks sejarah, misalnya, yang diajarkan di kelas hanya sejarah Belanda, seperti pelajaran vaderlandsche geschiedenis dan geschiedenis van Netherlandch-Indie yang berisi sejarah peradaban Belanda, para pahlawannya dan bagaimana datang ke Nusantara seraya membangun koloni.

Sejarah itu kemudian ditransformasikan ke ruang-ruang publik melalui penamaan jalan dan taman di Batavia juga kota lainnya.

Tak aneh begitu Indonesia merdeka semangat mengganti sejarah gaya kolonial yang Neerlandosentris kepada yang berorientasi nasional atau Indonesiasentris menggema menyusul nama-nama jalan yang sebelumnya telah diubah.

Tokoh-tokoh sejarah Indonesia ditampilkan untuk mengganti nama-nama pahlawan kolonial yang dijadikan nama-nama jalan di Batavia. Nama jalan Jan Pieterzoon Coen menjadi jalan Sultan Agung yang adalah musuh bebuyutannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air Buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Keluarga di Pondok Aren Gunakan Air Buat Sikat Gigi dan Wudu dari Toren yang Berisi Mayat

Megapolitan
Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Heru Budi: Tinggal Menghitung Bulan Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota Negara

Megapolitan
Saat Bintang Empat Prabowo Pemberian Jokowi Digugat, Dinilai Langgar UU dan Sarat Konflik Kepentingan

Saat Bintang Empat Prabowo Pemberian Jokowi Digugat, Dinilai Langgar UU dan Sarat Konflik Kepentingan

Megapolitan
Tabrakan Beruntun di Jalan Yos Sudarso, Pengendara Mobil dan Motor Luka-luka

Tabrakan Beruntun di Jalan Yos Sudarso, Pengendara Mobil dan Motor Luka-luka

Megapolitan
Dalam 5 Bulan, 20 Warga Kota Bekasi Meninggal karena DBD

Dalam 5 Bulan, 20 Warga Kota Bekasi Meninggal karena DBD

Megapolitan
Petugas Tertibkan Stiker Kampanye Bakal Calon Wali Kota Bogor yang Tertempel di Angkot

Petugas Tertibkan Stiker Kampanye Bakal Calon Wali Kota Bogor yang Tertempel di Angkot

Megapolitan
APK Kandidat Cawalkot Bogor Dicopot karena Belum Masa Kampanye, Termasuk Milik Petahana

APK Kandidat Cawalkot Bogor Dicopot karena Belum Masa Kampanye, Termasuk Milik Petahana

Megapolitan
Polisi Buru 2 Pelaku Penyalahgunaan Narkoba yang Kabur Saat Digeruduk Warga di Koja

Polisi Buru 2 Pelaku Penyalahgunaan Narkoba yang Kabur Saat Digeruduk Warga di Koja

Megapolitan
Hari Ini, Sidang Perdana Panca Pembunuh 4 Anak Kandung di Jagakarsa Digelar di PN Jaksel

Hari Ini, Sidang Perdana Panca Pembunuh 4 Anak Kandung di Jagakarsa Digelar di PN Jaksel

Megapolitan
Tak Terima Lingkungannya Jadi Tempat Jual Beli Narkoba, 3 Warga Koja Geruduk Kontrakan Pengedar Sabu

Tak Terima Lingkungannya Jadi Tempat Jual Beli Narkoba, 3 Warga Koja Geruduk Kontrakan Pengedar Sabu

Megapolitan
Warga Bantu Polisi Tangkap Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak yang Dianggap Meresahkan

Warga Bantu Polisi Tangkap Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak yang Dianggap Meresahkan

Megapolitan
Polisi Masih Buru Dua dari Tiga Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak

Polisi Masih Buru Dua dari Tiga Pencuri Pembatas Jalan di Rawa Badak

Megapolitan
Aksi Sindikat Curanmor di Palmerah: Gasak 4 Motor Dalam Semalam, Uangnya untuk Beli Narkoba

Aksi Sindikat Curanmor di Palmerah: Gasak 4 Motor Dalam Semalam, Uangnya untuk Beli Narkoba

Megapolitan
Lapor Kehilangan di Bogor Tak Perlu Datang ke Kantor Polisi, Ini Cara dan Syaratnya

Lapor Kehilangan di Bogor Tak Perlu Datang ke Kantor Polisi, Ini Cara dan Syaratnya

Megapolitan
Teganya Royan Cabuli 11 Anak di Bawah Umur di Bogor dengan Modus Penyewaan Sepeda Listrik

Teganya Royan Cabuli 11 Anak di Bawah Umur di Bogor dengan Modus Penyewaan Sepeda Listrik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com