Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kami Setuju Dipindah ke Terminal Pulogebang, Tapi Agen Bayangan Tolong Digusur"

Kompas.com - 04/07/2016, 20:20 WIB
David Oliver Purba

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Pemindahan bus angkutan kota angkutan provinsi (AKAP) jurusan Jawa Tengah dan Jawa Timur dari Terminal Pulogadung ke Terminal Pulogebang, di Cakung, Jakarta Timur mendapat respons dari perusahaan angkutan. Para awak bus AKAP tersebut mengaku siap dipindahkan dengan sejumlah syarat.

Sebelumnya, Dinas Perhubungan DKI Jakarta mengatakan bahwa pihaknya ingin memindahkan seluruh bus AKAP dengan jalur Jawa Tengah dan Jawa Timur ke Terminal Pulogebang. Tujuannya untuk menata seluruh AKAP di Jakarta Timur.

Seorang petugas PO Bejeu, Ari, mengatakan, pihaknya siap untuk pindah ke Pulogebang, bahkan loket tiket sudah dibuka di terminal tersebut. Namun, dia meminta agar sejumlah agen tidak resmi yang ada di jalan Cakung ditertibkan. PO Bejeu melayani rute Semarang dan Jepara.

"Kami sih setuju-setuju saja pindah, tapi agen-agen yang ada di terminal bayangan dari jalan Pulogadung sampai Cakung itu tolong digusur. Kalau mereka digusur kami langsung pindah. Karena kami takut kalau udah pindah dari sini terus ke Pulogebang, penumpangnya nggak ada karena sudah dihabiskan mereka (agen terminal bayangan)," ujar Ari, di Terminal Pulogadung, Jakarta Timur, Senin (4/7/2016).

Ari menilai, fasilitas di Terminal Pulogebang masih belum lengkap. Salah satunya loket penjualan yang jumlahnya lebih sedikit dibanding PO yang ada.

Ia juga mengeluhkan jumlah penumpang yang naik dari Terminal Pulogebang jauh lebih sedikit dari terminal Pulogadung. Jika perharinya PO Bejeu bisa mengangkut 30 penumpang dari Pulogadung, namun di Pulogebang rata-rata hanya mendapat tak lebih dari 10 orang.

"Itupun tidak setiap hari penumpang ada di Pulogebang," ujar Ari.

Ditemui terpisah, petugas PO Handoyo, R Aritonang, berharap Dinas Perhubungan harusnya memindahkan seluruh PO baik jalur ke arah pulau Jawa maupun di Luar Jawa. Menurutnya, ada ketidakadilan jika hanya bus jalur Jawa Tengah dan Jawa Timur yang dipindahkan.

"Artinya saya setuju (dipindahkan), tapi semua harus pindah ke sana (Pulogebang). Kan dari pihak pemerintah hanya Jawa Timur dan Jawa Tengah saja yang pindah dan nggak semua pindah. Buat dong kayak Terminal Cililitan dulu ke Kampung Rambutan pindah semua, kan enak," ujar Aritonang.

Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan Transportasi DKI Andri Yansyah mengatakan, kartu pengawasan sementara (KPS) untuk bus yang biasa beroperasi si Pulogadung dan Rawamangun sudah turun sejak Kamis (30/6/2016).

Pihaknya telah membagikan kepada PO rute Jawa Tengah dan Jawa Timur yang dipindahkan ke Pugebang. Sehingga tidak ada alasan lagi untuk beroperasi di Terminal Pulogadung dan Rawamangun. Terminal Pulogebang berdiri di atas lahan seluas 14,5 hektar dan ditunjang dengan bangunan ruang tunggu tiga lantai.

Sejak diresmikan pada 2013, terminal yang diklaim terbesar di Asia Tenggara itu belum difungsikan secara maksimal karena masih kekurangan banyak fasilitas pendukung, salah satunya akses langsung masuk keluar jalan tol.

Kompas TV Pemudik Padati Terminal Kampung Rambutan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com