Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tikus, Si "Kambing Hitam" di Pemprov DKI

Kompas.com - 13/07/2016, 10:10 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - "Digigit tikus." Begitu alasan yang kerap diberikan jika ada masalah dari mesin milik Pemprov DKI yang tidak berfungsi. Alasan klasik yang membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama heran.

Alasan ini pertama didengar Ahok, sapaan Basuki, ketika dia mendatangi langsung underpass Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta Timur, yang digenangi air, beberapa bulan silam.

Saat itu, salah seorang petugas pengawas mengatakan, terendamnya underpass disebabkan tak berfungsinya mesin pompa air akibat kabel yang rusak digigit tikus.

"Kayak dulu di Pasar Gembrong itu lebih lucu kan jawabannya, digigit tikus. Saya datangin. Kabelnya segede gitu kok, tikusnya segede gimana mulutnya. Sampai ada yang bilang, 'Bukan pak, plus minusnya terbalik'," ujar dia.

Alasan itu didengar lagi oleh Ahok saat Senin (11/7/2016) lalu, 1.217 mesin-mesin presensi pegawai negeri sipil (PNS) di berbagai instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta offline.

Kendala teknis yang menyebabkan mesin offline itu membuat kehadiran 6.072 PNS di beberapa instansi menjadi tidak tercatat.

Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Kehumasan DKI Jakarta Dian Ekowati mengatakan, beberapa kabel fiber optic mesin presensi putus karena digigit tikus saat libur panjang saat Lebaran.

"Karena kejadiannya kemarin habis libur lama. Mungkin waktu itu ada sesuatu, kita akan cek laporan kondisi offline dan online mesin absennya," ujar Dian di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (11/7/2016).

Menurut Ahok, rusaknya mesin presensi membuatnya tidak bisa memberikan sanksi berupa pemotongan tunjangan kinerja daerah (TKD). Apalagi, seusai kerusakan, para PNS yang tidak bisa melakukan presensi kemudian mengajukan presensi secara manual.

"Enggak bisa dipotong. Karena rusak, mereka langsung ngajuin manual. Enggak apa-apa, saya di sini sabar kok," ujar Ahok.

Atas dasar itu, Ahok meyakini ada unsur kesengajaan di balik rusaknya mesin presensi. Sebab, kata dia, kerusakan semacam itu sudah sering terjadi.

Oleh karena itu, Basuki berencana mengubah sistem presensi PNS Pemprov DKI. Ke depannya, lanjut dia, presensi tidak boleh dilakukan secara manual meskipun mesin presensi rusak.

Dengan cara ini, ia yakin tidak akan ada lagi PNS yang berani mengakali mesin presensi dengan tujuan bisa melakukan presensi manual.

"Kalau sangsi mau cari alasannya gimana? Akhirnya kami buat sesuatu yang lebih keras. Kerasnya gimana? Kalau ada alat elektronik rusak, ya sudah enggak dapat TKD," kata Ahok.

Dengan begitu, tikus diharapkan tak bisa menjadi "kambing hitam" lagi....

Kompas TV Puasa Hari Pertama, PNS DKI Tiba Lebih Awal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com