JAKARTA, KOMPAS.com - Orangtua yang memvaksinkan anaknya di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur, dan tergabung dalam Aliansi Korban Vaksin Palsu, membuka posko crisis center di lobi RS Harapan Bunda, mulai Minggu (17/7/2016).
Crisis center dibuka untuk mengumpulkan data orangtua yang memvaksinkan anaknya di rumah sakit tersebut.
"Untuk mengumpulkan data soliditas korban dan didukung YLBHI (Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia) dan Kontras," ujar salah satu perwakilan Aliansi Korban Vaksin Palsu, Audi, di RS Harapan Bunda.
Audi mengatakan, crisis center dibuka karena pihak RS tidak memiliki itikad baik kepada mereka.
Crisis center akan terus dibuka hingga waktu yang belum ditentukan di lobi RS Harapan Bunda. Sebab, Audi menyebut masih banyak orangtua yang belum mengetahui informasi tersebut.
"Kami pembukaan crisis center ini tidak terbatas karena setahu kami masih banyak orangtua yang belum tahu," ucap Audi.
Rencananya, data-data orangtua korban vaksin di RS Harapan Bunda yang terkumpul akan di bawa ke ranah hukum dengan bantuan dari YLBHI. Mereka menuntut pertanggungjawaban pihak RS yang telah menggunakan vaksin palsu.
"Kemarin kami dapat arahan dari YLBHI untuk melakukan tuntutan. Yang kami tuntut hanyalah pertanggungjawaban mereka atas vaksin palsu yang dimasukkan ke anak kami," ujar dia.
Pantauan Kompas.com, puluhan orangtua mulai mendaftar di crisis center yang dibuka Aliansi Korban Vaksin Palsu tersebut. Mereka membuat surat pernyataan bermaterai 6.000 dan mengumpulkan kelengkapan data, yakni fotokopi KTP orangtua, fotokopi isi buku imunisasi, fotokopi kartu berobat, fotokopi kartu keluarga, dan nomor ponsel yang bisa dihubungi.
Aliansi Korban Vaksin Palsu itu meminta pihak RS Harapan Bunda bertanggung jawab memenuhi tujuh tuntutan mereka.
Ketujuh tuntutan tersebut yakni sebagai berikut: