BEKASI, KOMPAS.com - Para pemulung di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, menyambut baik rencana Pemprov DKI yang akan memberikan asuransi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Para pemulung merasa diperhatikan.
Sureni (38), salah satu pemulung yang sudah bekerja selama 25 tahun di TPST Bantargebang, mengatakan, pekerjaannya sebagai pemulung cukup berisiko, khususnya yang berkaitan dengan kesehatannya.
"Ya kalau dikasih (BPJS) senang," kata Sureni, kepada Kompas.com, di TPST Bantargebang, Bekasi, Selasa (26/7/2016).
Sureni mengatakan, penghasilan memulung sampah dalam sehari dapat mencapai Rp 50.000 sampai Rp 60.000. Itupun baru didapat jika dia bekerja sejak pagi hingga sore hari.
Uang itu, kata Sureni, digunakan untuk menyambung hidup keluarganya. Suaminya, Tarsim (39), juga pemulung di TPST Bantargebang, dengan penghasilan yang sama. Dengan penghasilan yang pas-pas itu Sureni mengaku tidak lagi memikirkan masalah kesehatan.
"Risikonya bisa luka kena beling, ini saja kalau kita mau dapat Rp 50.000 mesti keluar pagi sampai sore, padahal saya kena asam urat. Tapi kalau enggak gitu enggak dapat Rp 50.000. Belum lagi bahaya longsor (sampah)," ujar Sureni.
Edo (32), pemulung lain di TPST Bantargebang mengungkapkan hal senada. Ia berharap setelah pengelolaan TPST Bantargebang diambil alih oleh Dinas Kebersihan DKI, kesejahteraan pemulung juga dapat diperhatikan.
"Dari tahun 1998 enggak pernah dapat kayak gitu. Kalau dikasih BPJS ya maulah," ujar Edo.
Kepala UPST Dinas Kebersihan DKI Asep Kuswanto mengatakan, pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI). Tujuannya melakukan sosialisasi terkait BPJS tersebut.
Kemungkinan ada 6.000 pemulung yang selama ini bekerja di TPST Bantargebang, yang akan mendapat BPJS.
"Sudah ketemu IPI untuk mengumpulkan KTP dan KK. Ada 6.000 pemulung nanti yang dapat BPJS, tapi diberikan bertahap," ujar Asep.