JAKARTA, KOMPAS.com — Baru-baru ini, beredar formulir berkop Forum RT RW DKI Jakarta di sebuah sekolah taman kanak-kanak di Jakarta Timur. Formulir itu menyatakan bahwa butuh tiga juta data KTP untuk menolak pemimpin yang arogan, zalim, temperamental, melemahkan, dan melecehkan lembaga RT RW.
Formulir tersebut dibagi-bagikan ke orangtua siswa untuk diisi.
Pihak yang menyatakan bertanggung jawab dalam menyebarkan edaran itu adalah Sekjen Forum RT RW Lukmanul Hakim. Lukmanul merupakan Ketua RW di lingkungan sekolah itu.
Ia mengaku waktu itu memberi pemahaman kepada orangtua siswa yang anaknya sekolah di daerah itu untuk memilih gubernur yang terbaik.
"Kalau mau dukung silakan, kalau tidak juga silakan," katanya pada 30 Juli lalu.
Lukmanul menyatakan, ia bukan tim sukses calon mana pun. Ia hanya merasa kecewa karena sebagai Ketua RW ia dilemahkan. Salah satu hal yang membuatnya kecewa ialah kewajiban membuat laporan via Qlue.
"Untuk itulah, Forum RT-RW menggabungkan diri bersama untuk jadi bagian crosscheck pembangunan DKI ke depan. Dengan apa? Dengan gerakan tiga juta KTP. Kalau satu juta KTP gerakan dukung Ahok, kami tiga juta KTP tidak mendukung pemimpin yang arogan," katanya.
Forum RT RW berpolitik?
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengatakan, sebenarnya para ketua atau pengurus RT dan RW bebas menyebarkan formulir dan mengumpulkan tiga juta KTP untuk menolak gubernur arogan.
Namun, Ahok mengingatkan, jabatan RT dan RW yang melekat pada mereka membuat tindakan itu tidak etis karena sudah politis.
"Kalau secara RT dan RW, berarti mereka sudah bermain politik. Harusnya mereka berhenti jadi RT dan RW karena RT dan RW itu enggak boleh berpolitik," kata Ahok di Balai Kota, Rabu (3/8/2016).
Ahok mengatakan, para ketua RT dan RW tidak boleh berpolitik karena mereka menerima dana APBD DKI. Jika ingin berpolitik, mereka tidak boleh menjadi ketua RT dan RW.
"Siapa pun yang menerima APBD enggak boleh politik," ujar Ahok.
Ahok juga keberatan jika dirinya disebut pemimpin yang arogan. Menurut dia, justru banyak warga yang selama ini menerimanya dengan baik.
"Kalau saya arogan, waktu saya datang ke kawinan, mau enggak orang ajak foto? Sederhana saja. Ngapain orang-orang dari luar kota sampai mau datang minta foto pagi-pagi ke sini," kata Ahok.