Sebuah sepeda yang seluruhnya dicat putih tersandar di sebatang pohon di pemisah jalur cepat dan jalur lambat seberang Apartemen Da Vinci, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu (14/8). Di bawah sepeda tertancap beberapa kuntum bunga mawar dan taburan bunga.
Spanduk putih dibentangkan di samping sepeda dengan tulisan: A cyclist was struck here. RIP-Hendra. May God be your partner on your final ride (seorang pengendara sepeda tertabrak di sini. Istirahat dalam damai Hendra. Semoga Tuhan menemanimu dalam perjalanan terakhirmu).
Benda-benda itu menarik perhatian warga yang berolahraga di hari bebas kendaraan bermotor. Warga yang berlari atau mengayuh sepeda berhenti sejenak untuk mengambil foto dengan ponsel, menaburkan bunga, dan ada juga yang berdoa.
Tempat itu adalah lokasi kecelakaan tragis yang menewaskan Hendra Saputra (64), warga Jalan Sawo Manila, Jakarta Selatan, Sabtu (13/8) sekitar pukul 05.00. Hendra yang melaju di jalur cepat ditabrak mobil hingga meninggal di lokasi. Benturan sangat keras terlihat dari sepeda Hendra yang terbelah menjadi dua.
Informasi dan foto tentang kecelakaan itu menyebar melalui media sosial. Peristiwa itu mengilhami Ride In Peace, yakni bersepeda sambil membawa bunga mulai dari Bundaran Senayan sampai lokasi kecelakaan, kemarin pagi. Aksi ini untuk mengenang Hendra.
Adapun pihak keluarga almarhum yang dihubungi Kompas tak bersedia diwawancarai.
Adi (40), petugas keamanan Apartemen Da Vinci, mengatakan, tidak banyak saksi mata yang melihat langsung kecelakaan itu. "Biasanya, hari Sabtu pagi, jarang ada orang naik sepeda di sekitar sini. Yang menabrak ada dua mobil," ujarnya.
Menurut Kepala Subdirektorat Bina dan Penegakan Hukum Ditlantas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Budiyanto, polisi masih menyelidiki kecelakaan ini dan belum bisa menyimpulkan siapa yang bersalah karena sedang dilakukan pemeriksaan saksi dan mencari rekaman CCTV dari gedung yang berdekatan.
Ketua Umum Komunitas Bike to Work Indonesia Toto Sugito mengungkapkan, dia tak berani naik sepeda di jalur cepat Jalan Jenderal Sudirman kecuali saat macet parah pada pagi atau sore. Hal ini karena bersepeda di jalur cepat sangat berbahaya. "Almarhum naik road bike (sepeda balap) yang kecepatannya tinggi, 30-50 km/jam. Mungkin dia masuk jalur cepat supaya bisa lebih kencang," katanya.
Menurut Toto, peristiwa ini bisa diambil hikmahnya, yaitu pengendara sepeda harus lebih hati-hati dan mendesak pemerintah menyediakan fasilitas untuk pengendara sepeda.
(Wisnu Aji Dewabrata)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Agustus 2016, di halaman 27 dengan judul "Mengenang Tertabraknya Pesepeda Hendra".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.