JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti dari lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Sirojudin Abbas, memaparkan kriteria bakal calon wakil gubernur yang dibutuhkan untuk mendampingi Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pada Pilkada DKI 2017.
Pertama, ia menyarankan Ahok agar memilih bakal cawagub berdasarkan kepentingan elektoral yang bisa memperkuat basis pemilih Ahok di sejumlah daerah di Ibu Kota.
Sirojudin menilai penting untuk memilih bakal cawagub yang berbeda latar belakang geografis dan agama.
Opsi lainnya adalah bakal cawagub yang memiliki afiliasi kuat dengan partai politik.
(Baca juga: Menunggu Kepastian PDI-P Deklarasikan Dukungan untuk Ahok dan Djarot... )
Pemilihan bakal cawagub secara geografis, menurut Sirojudin, diperlukan agar basis pemilih Ahok bisa semakin luas.
Ia mengatakan, mayoritas penduduk Jakarta adalah suku Jawa, kemudian suku Betawi.
Jika pendamping Ahok tidak berasal dari suku mayoritas di Jakarta, maka ia menilai warga suku mayoritas tersebut akan merasa tidak terwakili dan kemungkinan tidak mendukung Ahok.
"Kalau sama orang Sumatera keduanya, orang Jawa, Sunda, tidak akan terwakili. Bisa jadi pergi, enggak mau milih," ujar Sirojudin, Kamis (18/8/2016).
Ia juga menilai bakal cawagub Ahok harus bisa menjalankan pemerintahan dengan baik serta membangun komunikasi dengan masyarakat. Selain itu, mampu menjalin komunikasi dengan sejumlah partai politik.
(Baca juga: Isu Ahok-Djarot Santer, Pendukung Masih Tetap Deklarasi Risma untuk DKI 1)
Menurut Sirojudin, hal itu sangat penting karena jika kembali terpilih, tanpa dukungan dari partai politik yang menempatkan wakil-wakilnya di DPRD, pemerintahan Ahok tidak akan bisa berjalan mulus.
"Membangun komunikasi politik dengan partai-partai politik dan anggota DPRD harus baik, bisa membangun kinerja birokrasi dan bekerja sama dengan seluruh jaringan birokrasi, tanpa itu tidak akan jalan," ujar Sirojudin.
Hingga Jumat (19/8/2016), Ahok belum mengumumkan bakal cawagub yang akan mendampinginya pada Pilkada DKI 2017.