JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dianggap belum sepenuh hati memilih Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat sebagai pasangan yang akan diusung pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017.
Penilaian itu dilontarkan pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro. Menurut Siti, sampai saat ini belum ada pernyataan tegas, baik dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri maupun fungsionaris partai lainnya mengenai dukungan untuk Ahok-Djarot.
Siti mengatakan, sampai saat ini kabar adanya dukungan PDI-P untuk Ahok-Djarot hanya bersumber pernyataan sepihak dari Ahok.
"Karena selama ini kita belum pernah mendengar statement langsung dari Bu Mega (Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri). Baru katanya Pak Ahok, katanya Pak Djarot. Dan selama ini apa yang dikatakan Ahok hanya klaim-klaim sepihak saja," kata Siti kepada Kompas.com, Jumat (19/8/2016).
Siti menengarai belum sepenuh hatinya PDI-P memilih Ahok-Djarot disebabkan status mereka sebagai partai pemenang pemilu sekaligus pemilik kursi terbanyak di DPRD DKI. Menurut Siti, status itu membuat PDI-P tidak akan mudah begitu saja mendukung Ahok yang notabene bukan kader.
Siti membandingkannya dengan situasi pada Pilkada 2012 saat PDI-P mengusung Joko Widodo, saat itu masih wali kota Solo, sebagai calon gubernur. Menurut Siti, saat itu PDI-P bukanlah partai pemenang Pemilu 2009 sekaligus pemilik kursi terbanyak di DPRD.
"Di DPRD waktu itu yang leading Demokrat. Mereka tidak menang mereka mau nomor satu. Kalau sekarang dia mau jadi nomor dua, ada apa dengan PDI-P," ujar Siti. (Baca: Ahok: Saya Bukan Minta Dukungan PDI-P, Saya Cuma Minta Djarot )
Atas dasar itu, Siti masih meyakini PDI-P sebenarnya tengah berupaya menyiapkan kader terbaiknya untuk diusung sebagai calon gubernur pada Pilkada 2017.
"Saya melihat ada obsesi juga dari PDI-P untuk menomor satukan orangnya di Pilkada sekarang. Di Pilkada 2012 saja yang PDI-P bukan partai pemenang, ada obsesi untuk menurunkan kadernya sendiri," kata Siti.