Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir di Kemang yang Bikin Ahok Tak Berdaya

Kompas.com - 30/08/2016, 07:29 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Kemang, Jakarta Selatan, dilanda banjir setelah hujan deras pada akhir pekan yang lalu. Banyak kendaraan terjebak di basemen karena terendam air.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengatakan banjir terjadi karena lima rumah yang berdiri di badan Kali Krukut jebol dindingnya sehingga air dari kali pun meluber ke mana-mana di daerah itu.

Sementara itu, kawasan Kemang sendiri berupa dataran berbentuk seperti mangkuk. Ketika air masuk, air terjebak dan sulit surut.

Ahok juga mengatakan, terlalu banyak bangunan yang berdiri di badan Kali Krukut di kawasan itu. Dulunya, Kali Krukut memiliki lebar 20-25 meter. Namun kini hanya tersisa 5 meter saja, selebihnya dijadikan bangunan.

"Sekarang Kemang sudah minta ampun. Hotel segala macam itu peruntukannya enggak boleh (di situ), baca saja kajian tahun 1960-an," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (29/8/2016).

Normalisasi terhamba

Ahok mengatakan, jalan satu-satunya untuk menyelesaikan banjir di Kemang adalah menormalisasi Kali Krukut. Dia harus menertibkan bangunan-bangunan yang berdiri di badan sungai demi memperlebar sungai.

Anehnya, bangunan yang berdiri di badan sungai itu memiliki sertifikat hak milik sehingga tidak bisa begitu saja digusur. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah memeriksa sertifikat yang dimiliki pengelola bangunan yang berdiri di badan sungai Kali Krukut di Kemang.

Ahok mengatakan, semua sertifikat mereka asli. Dia mempertanyakan kenapa mereka bisa memperoleh sertifikat di wilayah aliran sungai.

"Semuanya benar, semua sertifikat, IMB mereka benar semua. Pertanyaan kami, kok dikasih sih dulu?" ujar Ahok.

Meski demikian, Ahok enggan berdebat lebih lanjut mengenai sumber sertifikat itu. Kondisi itu menjadikan Ahok tidak berdaya melawan pengembang di Kemang.

Di satu sisi, dia ingin melakukan normalisasi. Namun bangunan yang berdiri di sana bersertifikat. Ketika dia menawarkan untuk membeli tanah kepada pengembang, mereka menolak.

Pengembang ingin menjual tanah mereka ke Pemprov DKI Jakarta dengan harga di atas NJOP. Ahok mengatakan, Pemprov DKI tidak boleh membeli lahan dengan harga di atas NJOP karena bisa menjadi temuan BPK.

Ahok pun meminta kepada pengusaha untuk memiliki empati dan menjual tanah itu kepada Pemprov DKI.

"Makanya saya bilang pengusaha mesti ada tenggang rasa juga. Kami sudah mau beli tanah Anda dengan harga pasar, ya jual dong ke kami supaya kami bisa bikin waduk," ujar Ahok.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com