Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Jakarta Selatan Makin Sering Dilanda Banjir dan Longsor?

Kompas.com - 30/08/2016, 14:11 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Belakangan ini wilayah Jakarta Selatan makin sering dilanda bencana. Beberapa waktu lalu terjadi longsor di Pondok Labu, dan yang terakhir banjir di Kemang.

Pengamat Perkotaan Yayat Supriyatna mengatakan, mulai seringnya Jakarta Selatan dilanda bencana merupakan dampak dari tak terkendalinya pembangunan di wilayah ini. Padahal, ujar dia, kontur tanah di Jakarta Selatan tidak cocok untuk memikul beban masivnya kegiatan pembangunan.

"Karena wilayah (Jakarta) Utara semakin padat, orang bergerak ke (Jakarta) Selatan dan lupa, selatan kontur tanahnya berbukit dan sebagian lereng. Belum lagi curah hujannya lebih tinggi dibanding wilayah lain," kata Yayat dalam program Aiman di Kompas TV, Senin (29/8/2016).

(Baca: Satu Orang Tewas Tertimbun Longsor di Pondok Labu)

Menurut Yayat, mulai rentannya Jakarta Selatan dilanda bencana sebenarnya sangat mengkhawatirkan jika dibanding wilayah lain di Jakarta. Karena ia menilai Jakarta Selatan tidak pernah disiapkan sebagai daerah yang siap menghadapi bencana.

"Wilayah di hilir kalau Katulampa naik ada peringatan. Tapi di selatan tidak ada early warning system. Belum lagi kalau masalah di utara banjir dan genangan, di selatan bisa disertai longsor," ujar Yayat.

(Baca: Banjir di Kemang yang Bikin Ahok Tak Berdaya)

Berdasarkan data Litbang Kompas yang dikutip dari Harian Kompas 20 Desember 2013, dalam sebuah artikel "RTRW Jakarta dibuat untuk dilanggar", penggunaan ruang di Jakarta sudah diatur dalam RTRW yang dikeluarkan pada tahun 1965.

Di dalamnya telah diatur bahwa pengembangan kota hanya dilakukan ke arah timur dan barat, mengurangi tekanan pembangunan di utara, dan membatasi pembangunan di selatan.

Dalam RTRW 1965, pengembangan kawasan di Jakarta Selatan seharusnya dibatasi karena wilayah tersebut ditetapkan sebagai daerah resapan air.

Menurut Yayat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah seharusnya berupaya mengembalikan fungsi Jakarta Selatan seperti tujuan awal.

"Selatan dulunya wilayah yang paling aman, paling disukai. Selain udaranya nyaman, tanahnya juga masih hijau, banyak pohon. Itu menarik untuk tempat tinggal. Tapi ujung-ujungnya wilayah selatan tumbuh kembang menjadi tidak terkendali," kata Yayat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Masjid Agung Bogor, Simbol Peradaban yang Dinanti Warga Sejak 7 Tahun Lalu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com