JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia, Profesor Dr Sarlito Wirawan Sarwono, mengatakan, Jessica Kumala Wongso, tidak langsung membantu Wayan Mirna Salihin saat dia kejang-kejang seusai meminum es kopi vietnam. Simpulan itu diperoleh setelah dia menganalisis tayangan CCTV.
"Sepanjang saya lihat malah menjauh sebentar dari tempat duduk, melihat sampai orang datang menolong Mirna, dan menolong ketika diminta," ujar Sarlito dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (1/9/2016).
Lazimnya, kata Sarlito, saat melihat teman sakit ringan pun, seperti batuk-batuk atau sesak napas, seseorang akan langsung merespons dan menolong temannya itu. Hal tersebut tidak tampak pada diri Jessica.
"Dia menjauh dari objek, tapi tertegun sebentar. Baru setelah ada reaksi, dia ikut (menolong)," kata dia.
Sarlito kemudian memberikan analogi dalam kasus pembunuhan. Dia mencontohkan seorang istri yang dibunuh suaminya. Si suami menghindar terlebih dahulu baru mendekat. Saat mendekat, bahkan si suami turut membantu polisi mencari pelakunya.
"Padahal, dia (suami) pelakunya," ucap Sarlito.
Dalam kasus kematian Mirna, Jessica juga tampak menjauh beberapa meter dari posisi Mirna, namun tidak bisa menghindar terlalu jauh hingga ke luar kafe.
"Tidak bisa menjauh karena keterbatasan lokasi," ucapnya.
Wayan Mirna Salihin meninggal setelah meminum es kopi vietnam yang dipesan oleh Jessica di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu (6/1/2016). Jessica menjadi terdakwa kasus tersebut.
JPU memberikan dakwaan tunggal terhadap Jessica yakni Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana.