JAKARTA, KOMPAS.com — Keputusan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk menjalankan program reklamasi Teluk Jakarta membuatnya disebut sebagai karyawan perusahaan pengembang oleh beberapa pihak.
Dalam acara Rosi yang ditayangkan oleh KompasTV, Kamis (8/9/2016) malam, pria yang akrab disapa Ahok tersebut mengaku tak khawatir dengan tudingan itu.
"Sekarang kalau membela mereka (pengembang), mungkin enggak, saya minta kontribusi tambahan 15 persen di setiap penjualan lahan. Terus sekarang tiap sertifikat layak fungsi dari gedung-gedung itu mereka harus menyumbangkan trotoar dan ducting sekeliling luasnya mereka," kata Ahok.
Ahok menyebut dirinya tak akan menjalankan berbagai program tersebut jika dirinya membela kepentingan pengembang. Selain itu, kata dia, banyak pihak menilai dirinya lebih berpihak kepada warga kelas menengah ke atas dibanding warga kelas menengah ke bawah.
"Sekarang kalian sadar enggak Kampung Pulo tidak banjir, untuk masukin alat berat itu 13 ruko dari zaman Belanda, saya paksa bongkar," kata Ahok.
Dia mengatakan, pemilik 13 ruko sempat akan menggugat Pemprov DKI Jakarta. Ahok pun menjelaskan bahwa dirinya tak memiliki pilihan selain membongkar 13 ruko tersebut. Sebab, aliran Kali Ciliwung sudah semakin memburuk.
Pemilik ruko mengaku sejak lahir sudah tinggal di sana. Bahkan, ruko-ruko tersebut merupakan peninggalan kakek nenek mereka dari zaman Belanda.
"Saya enggak ada pilihan, harus korbanin 13 ruko Anda dari zaman Belanda untuk masukin alat berat bekerja di Kampung Pulo. Namun, Kampung Pulo dirobohin, saya dibilang menindas orang miskin, 13 ruko saya sikat, enggak ada yang ngomong," kata Ahok.
"Jadi memang orang-orang itu buta saja ngomong. Karena enggak bisa jual program, wah maunya nyerang Ahok melulu kan," kata Ahok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.