JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 150 kepala keluarga (KK) tercatat menunggak sewa di Rusun Marunda, Jakarta Utara. Bahkan ada penghuni yang menunggak sewa mencapai Rp 42 juta.
Sejumlah penghuni yang ditemui Kompas.com di Rusun Marunda menuturkan alasan yang sama mengapa mereka menunggak. Mereka mengatakan sulitnya mendapatkan pekerjaan dan membuka usaha di rusun tersebut.
Kepala UPT Rusun Marunda Suharianti menjelaskan, pihaknya telah berusaha untuk mencarikan pekerjaan kepada para penghuni rusun. Suharianti mengatakan telah bekerja sama dengan kawasan berikat yang ada di Jakarta Utara untuk mempekerjakan sebagian penghuni.
Selain itu, sejumlah pelatihan juga telah diberikan untuk menambah kemampuan mereka. Pelatihan itu antara lain pelatihan komputer dan servis AC. Namun, diakui Suharianti, masih sulit untuk memberikan pekerjaan kepada warga rusun. Ini karena masih banyak penghuni yang tidak memiliki ijazah.
Ada juga penghuni yang telah dicarikan pekerjaan merasa tidak betah dan berhenti begitu saja.
"Sulit juga kalau tidak punya ijazah. Warga relokasi sepertinya punya jam kerja yang terbatas, daya kemauannya kurang," ujar Suharianti saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/9/2016).
Pihak rusun, kata Suharianti, juga telah bekerja sama dengan Bank DKI untuk memberikan jaminan tanpa agunan bagi warga rusun.
Hal itu bertujuan agar penghuni yang mayoritas merupakan warga relokasi bisa membuka usaha. Namun, banyak penghuni yang tidak memenuhi syarat.
Salah satu alasannya karena banyak pinjaman yang belum dilunasi. Pengelola rusun juga menggandeng sejumlah instansi, seperti Dinas Pertanian Provinsi DKI, untuk memberikan bibit tanaman kepada para penghuni agar bisa membuka kebun di sejumlah lahan di Rusun Marunda yang masih kosong.
"Contohnya ada warga Kalijodo, dia sekarang berkebun, sekarang mendapatkan hasil yang lumayan," ujar Suharianti. (Baca: Mengapa Ada Penghuni Rusun Marunda yang Tunggak Sewa hingga Jutaan Rupiah?)