JAKARTA, KOMPAS.com - Topo, salah satu petugas kebersihan taman Waduk Pluit di Jakarta Utara menjelaskan kesulitan yang dihadapi para petugas taman Waduk Pluit.
Topo yang telah menjadi petugas kebersihan taman selama tiga tahun, mengatakan, kendala memelihara taman Waduk Pluit berasal dari pengunjung taman.
Topo mengaku sering melihat sejumlah pengunjung merusak fasilitas umum seperti tempat sampah. sejumlah tempat sampah yang disediakan bahkan sering dibakar oleh pengunjung yang iseng.
"Di bakar itu Pak, sampai item (hitam). Banyak tempat sampah juga jebol, diinjek-injek mereka (pengunjung)," ujar Topo kepada Kompas.com di taman Waduk Pluit, Jumat (16/9/2016).
Tak hanya itu, sejumlah kursi taman juga sering diperlakukan tak semestinya. Banyak pengunjung yang masih duduk di bangku sekolah dengan sengaja berdiri dan menginjak-nginjak kursi taman.
Topo mengatakan, para petugas sering memberikan teguran. Namun, masih saja ada yang membandel merusak kursi taman.
"Itu kursi taman rusak, dijogrokin (dibanting) sama dia (pengunjung)," ujar Topo.
Topo mengatakan, dari sore hingga malam hari, taman Waduk Pluit juga sering dijadikan tempat memadu kasih. Puluhan remaja yang masih mengenakan seragam sekolah sering menggunakan taman tersebut untuk berpacaran sampai malam hari.
Bahkan, Topo tak jarang melihat kelakuan tak senonoh yang dilakukan para remaja itu. Topo mengatakan, petugas keamanan setempat sering melakukan patroli di taman Waduk Pluit. Jika malam tiba, para remaja yang berpacaran diminta untuk meninggalkan taman.
"Percuma aja tapi, waktu satpamnya pergi, eh dia balik lagi," ujar Topo.
Taman Waduk Pluit dibangun pada tahun 2013 saat era pemerintahan Gubernur Joko Widodo. Sebelum menjadi taman dan waduk, kawasan itu merupakan permukiman penduduk.
Warga yang mendiami kawasan itu sempat tak mau untuk direlokasi. Namum, melalui pendekatan, para warga mau untuk dipindahkan ke rusun.