TANGERANG, KOMPAS.com - Jembatan Cimanceri yang berbatasan dengan Balaraja dan Sukamulya ambruk pada Minggu (9/10/2019) malam. Jembatan tersebut menjadi akses andalan warga sejak 2009.
Jembatan ini memiliki ukuran panjang 25 meter dan lebar 2 meter. Robohnya jembatan ini dikeluhkan warga, terutama kaum tani.
Sebab, mereka memerlukan jembatan tersebut untuk menuju area pesawahan Rajeg dan Balajara.
Uci (43), warga sekitar, mengaku terkejut dengan peristiwa ini. Ia mendengar suara dentuman keras pada saat itu.
"Kedengaran suara seperti ledakan, itu malam-malam kejadiannya," ujar Uci saat ditemui di Kecamatan Sindang Jaya pada Senin (10/10/2016).
Ia menambahkan, warga lain pun mendengar suara keras itu. Masyarakat sontak datang ke lokasi untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Pas kami lihat ternyata jembatan roboh, penahan bajanya patah," ucap dia.
Para warga kemudian bergegas melaporkan kejadian ini kepada kepala desa setempat.
Kepala Desa Badak, Anom Sanwani, menyampaikan, jembatan ini padahal sudah dilakukan perbaikan.
"Dibangunnya pada awal 2009, sudah kami perbaiki tahun 2015 kemarin. Memang jembatan ini mengalami keretakan pada bagian tiang," kata Anom.
Namun, dalam proses perbaikan, pelaksanaan pekerjaannya belum terkontrol sehingga penyangga untuk mengecor jembatan itu retak dan akhirnya ambruk.
"Pekerjaannya saat waktu perbaikan ceroboh dan asal-asalan, akibatnya jembatan ini roboh," ujar dia.
Penyebab lainnya, kata dia, diduga karena derasnya arus Sungai Cimanceri. Hujan yang terus melanda membuat air meluap naik ke jembatan ini sehingga menjadi rapuh.
Warga sekitar berharap pemerintahan setempat secepatnya memperbaiki jembatan ini. Sebab, jembatan itu dibutuhkan oleh banyak warga.
"Iya harapannya semoga cepat diperbaiki, kalau enggak jalan lewati jembatan ini, jauh muternya. Makanya jembatan ini dibuat untuk akses jalan agar mempermudah warga untuk lewat," papar Iday (37), warga.
(Panji Baskhara Ramadhan)