JAKARTA, KOMPAS.com — Bakal calon gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, tercatat sudah beberapa kali mengunjungi kampung di Jakarta yang terancam penggusuran. Beberapa kampung tersebut seperti Kampung Guji Baru, Kampung Warung Doyong, dan Kampung Muara Baru.
Saat kunjungan ke ketiga kampung itu, Anies memiliki pandangan sendiri untuk merespons soal keluhan penggusuran dari sejumlah warga, misalnya dalam kunjungan Anies ke Kampung Guji Baru, Jakarta Barat, pada Jumat (7/10/2016) lalu.
Kedatangan Anies langsung disambut dengan ajuan kontrak politik dari warga. Tampak sejumlah kursi dan meja disediakan untuk menyambut mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Dalam kontrak politik tersebut, warga meminta agar Anies membantu warga Kampung Guji Baru dalam proses kepemilikan tanah.
Warga merasa memiliki tanah di kampung tersebut karena merasa telah cukup lama tinggal di daerah tersebut. Anies sendiri lebih merespons soal kontrak politik. Ia menilai kontrak politik diperlukan untuk memperlihatkan bahwa dia benar-benar memperlihatkan komitmennya untuk menyejahterakan warga Ibu Kota.
"Sebaiknya memang kontrak politik harus dibuat secara tertulis, ada buktinya, difoto, tanda tangannya juga ada. Dengan seperti ini, terlihat bahwa ada komitmen untuk menunaikan (janji)," ujar Anies di Kampung Guji Baru, Jakarta Barat.
Anies baru bicara lebih detail soal penggusuran saat kunjungan ke Kampung Magesen, Manggarai, Jakarta Selatan, Minggu (9/10/2016). Menurut Anies, ada pendekatan baru yang sudah dilakukan di dunia untuk menata kampung-kampung yang dihuni masyarakat dengan ekonomi rendah.
Pendekatan itu tidak hanya sekadar memindahkan warga ke tempat lain. Kehidupan lebih baik berupa kemudahan mengakses pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Selain itu, juga harus ada pola interaksi antara warga.
"Saya tidak mengatakan bahwa nol, enggak akan ada penggusuran, enggak. Memang ada yang harus pindah karena kepentingan umum yang harus dinomorsatukan," katanya lagi.
Saat mengunjungi Kampung Warung Doyong di Jakarta Timur, Minggu (16/10/2016), Anies juga "ditodong" soal pendapatnya terkait penggusuran. Warga meminta komitmen Anies soal penggusuran lantaran kampung di bantaran Kali Buaran itu terancam digusur.
"Pak, kami mau digusur Pak, pinggiran kali situ. Kalau enggak digusur, saya pilih Bapak," kata seorang ibu kepada Anies Kampung Warung Doyong.
Anies mengatakan bahwa dia akan melihat persoalan satu per satu. Ia bukan mengatakan akan menggusur atau tidak. Menurut Anie, dari diskusi dengan warga, mereka menginginkan ada dialog, bukan keputusan tanpa mereka tidak diajak bicara.
"Solusi pada akses penghidupan, kesehatan. Semua mereka berpandangan, kalau cuma melaksanakan, mereka keberatan. Tetapi, kalau diajak bicara, mereka bersedia (direlokasi)," kata Anies.
Setelah kunjungan ke Kampung Warung Doyong, esok harinya, Senin (17/10/2016), Anies mengunjungi Kampung Muara Baru, Jakarta Utara. Kampung Muara Baru sendiri terancam digusur oleh Pemprov DKI Jakarta.
Ketua RW 017 Kampung Muara Baru, Gustara Muhammad, meminta Anies mengakomodasi usulan agar merelokasi dengan layak bila kawasan Kampung Muara Baru ditertibkan. Kelayakan itu berupa pemberian unit rumah susun sederhana milik (rusunami) kepada warga relokasi. (Baca: Jawaban Anies terhadap Permintaan Warga yang Terancam Digusur)