Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tunarungu Mengejar Kesetaraan

Kompas.com - 18/11/2016, 17:15 WIB

Oleh: Laraswati Ariadne Anwar

Gede Ade Putra Wirawan (25) tampil di panggung Pusat Kebudayaan Amerika Serikat di Jakarta, Kamis (17/11/2016). Penyandang tunarungu itu antusias mengisahkan perjalanannya ke Amerika Serikat pada Juni lalu. Seluruh ”tutur kata” mengalir melalui gerak-gerik jari tangan.

 Dibantu seorang penerjemah bahasa isyarat, Ade menegaskan negara adidaya itu tak menyepelekan penyandang disabilitas. Tunarungu pun diberi ruang berpartisipasi dalam pembangunan.

”Salah satunya memberi masukan kritis untuk perumusan kebijakan pemenuhan hak penyandang disabilitas,” katanya.

Ade adalah pendiri Komunitas Tunarungu Bali. Pada Juni 2016, ia bersama 10 pemuda tunarungu berprestasi mengikuti Program Kepemimpinan Pemuda Tunarungu di AS.

Kegiatan tersebut melibatkan Kementeri‎an Sosial, Kedutaan Besar AS untuk Indonesia, dan Mason Global (lembaga pemrakarsa).

Selama dua bulan di AS, delegasi tersebut sempat berkunjung ke Gedung Putih untuk berdialog dengan penasihat Presiden Barack Obama tentang isu disabilitas. Mereka juga mengenyam perkuliahan di Universitas Gallaudet, perguruan tinggi yang dirancang khusus untuk mahasiswa tunarungu.

Prestasi Ade tidak datang begitu saja. Ia meraihnya melalui perjuangan panjang. Seperti anak-anak dengan disabilitas lain di Indonesia, Ade harus berusaha menggapai kesetaraan. Salah satunya karena kurikulum pendidikan luar biasa belum menekankan pada pemahaman kognitif.

”Perbandingan jenis pelajaran di sekolah luar biasa (SLB) dengan sekolah reguler sangat jauh,” kata Ade di sela-sela diskusi panel tingkat tinggi mengenai ”Masyarakat Inklusif Disabilitas” di Jakarta, Kamis.

Ade menceritakan pengalamannya menempuh pendidikan luar biasa (LB) di ”Pulau Dewata” dari bangku SDLB hingga SMALB. Selama bersekolah, ia selalu menjadi juara. Namun, persepsinya berubah setelah lulus dari SMALB.

”Saya ingin lanjut ke perguruan tinggi. Ketika mempersiapkan diri mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, baru saya menyadari betapa berbedanya pengetahuan yang didapat dari SLB,” tuturnya.

Ia mendapati banyak materi, seperti ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial, yang tidak ia pelajari di SLB. Ade terpaksa belajar kilat materi pelajaran yang akan diujikan kepada saudara-saudaranya yang nondisabilitas.

Permasalahan tidak berhenti di situ. Ia juga mengalami kesulitan membaca dan menulis. Hal ini karena siswa tunarungu hanya diajari berbicara dengan memakai bahasa isyarat di SLB. Bahasa tersebut merupakan pengganti bahasa oral. Di dalamnya tidak ada tata bahasa yang serupa dengan bahasa tulis. Misalnya, bentuk aktif dan pasif, imbuhan, tanda baca, serta jenis paragraf jarang dibahas ketika belajar bahasa isyarat. Hal ini membuat kemampuan menulis Ade terbatas.

”Ketika itu, saya menyadari ada yang tidak benar dari sistem pembelajaran bahasa bagi siswa tunarungu. Mestinya kami diperkenalkan dulu kepada bahasa tulisan, baru belajar bahasa isyarat,” ujarnya.

Menurut dia, hal tersebut akan memungkinkan orang-orang tunarungu bisa membaca dan mencerna tulisan-tulisan seperti karya sastra ataupun teks ilmiah.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kunjungi Rusun Muara Baru, Gibran: Banyak Permasalahan di Sini

Kunjungi Rusun Muara Baru, Gibran: Banyak Permasalahan di Sini

Megapolitan
Sebelum Ditemukan Tewas Dibunuh Tantenya, Bocah 7 Tahun di Tangerang Sempat Hilang

Sebelum Ditemukan Tewas Dibunuh Tantenya, Bocah 7 Tahun di Tangerang Sempat Hilang

Megapolitan
ODGJ Diamankan Usai Mengamuk dan Hampir Tusuk Kakaknya di Cengkareng

ODGJ Diamankan Usai Mengamuk dan Hampir Tusuk Kakaknya di Cengkareng

Megapolitan
Pendaftaran PPK Pilkada Depok 2024 Dibuka, Berikut Syarat dan Ketentuannya

Pendaftaran PPK Pilkada Depok 2024 Dibuka, Berikut Syarat dan Ketentuannya

Megapolitan
Gibran Sambangi Rusun Muara Baru Usai Jadi Wapres Terpilih, Warga: Ganteng Banget!

Gibran Sambangi Rusun Muara Baru Usai Jadi Wapres Terpilih, Warga: Ganteng Banget!

Megapolitan
Sespri Iriana Jokowi hingga Farhat Abbas Daftar Penjaringan Cawalkot Bogor dari Partai Gerindra

Sespri Iriana Jokowi hingga Farhat Abbas Daftar Penjaringan Cawalkot Bogor dari Partai Gerindra

Megapolitan
Pria Terseret 150 Meter saat Pertahankan Mobil dari Begal di Bogor

Pria Terseret 150 Meter saat Pertahankan Mobil dari Begal di Bogor

Megapolitan
Mangkirnya Terduga Penipu Beasiswa S3 Filipina, Terancam Dijemput Paksa apabila Kembali Abai

Mangkirnya Terduga Penipu Beasiswa S3 Filipina, Terancam Dijemput Paksa apabila Kembali Abai

Megapolitan
Apesnya Anggota Polres Jaktim: Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi, padahal Tengah Antar Mobil Teman

Apesnya Anggota Polres Jaktim: Ikut Ditangkap dalam Pesta Narkoba Oknum Polisi, padahal Tengah Antar Mobil Teman

Megapolitan
Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Tak Kapok Pernah Dibui, Remaja Ini Rampas Ponsel di Jatiasih dan Begal Motor di Bantargebang

Megapolitan
14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

14 Pasien DBD Dirawat di RSUD Tamansari Per 24 April 2024

Megapolitan
BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

BPBD DKI: Waspada Banjir Rob di Pesisir Jakarta pada 25-29 April 2024

Megapolitan
Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Bocah 7 Tahun di Tangerang Dibunuh Tante Sendiri, Dibekap Pakai Bantal

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Tiktoker Galihloss Terseret Kasus Penistaan Agama, Ketua RW: Orangtuanya Lapor Anaknya Ditangkap

Megapolitan
Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Warga Rusun Muara Baru Antusias Tunggu Kedatangan Gibran Usai Penetapan KPU

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com