Seorang wanita terpekur di sebuah kursi, seorang wanita lainnya tampak sedang bermain piano. Tak lama, mereka bertukar tempat dan mulailah wanita yang tadi terpekur memainkan piano, sebaliknya wanita satu lagi bernyanyi. Tak lama, bermunculan tujuh penari dengan kostum serupa, melekat ditubuh, hampir menyerupai warna kulit.
Nyanyian blues berjudul Nobody karya Bert Williams dan Alex Rogers, dibawakan dengan warna suara yang sangat pas, mengiringi gerak-gerak gelisah, pencarian dan fragmentatif dari warna-warni hubungan antar manusia. Tarian ini ditutup dengan tampilan tap dance sang penyanyi, Ara Ajisiwi, di atas piano, ditingkahi permainan tata cahaya sehingga menebalkan aksen yang manis. Inilah koreografi pembuka di ajang EKI Update v 2.0 karya Rusdy Rukmarata.
Selanjutnya sebuah tarian yang dibawakan oleh tujuh penari wanita, berjudul Femme Énervé. Yuliani Ho, sang koreografer, menawarkan gerak indah, canggung dan ekspresi yang 'kosong'. Seakan setiap penari membawakan kegelisahan masing-masing sebagai seorang perempuan, bahwa memenuhi semua tuntutan hidup adalah sebuah keharusan. Sajian terasa cepat, menyisakan perenungan yang menggantung.
Kemudian, koreografi [Behind] The Door memukau penonton dengan empat buah pintu yang tertata di atas panggung. Kemudian seorang penari wanita tampak melintas, berjalan pelan. Sesaat kemudian musik menghentak dalam tempo cepat dari balik. Pintu bergantian membuka dan menutup. Penari-penari lelaki keluar, menari bersama dengan gerakan-gerakan akrobatik, sesekali menampilkan sketsa rasa, peristiwa dan lagi-lagi permainan cahaya mempertegas misteri-misteri di balik pintu. ?Munculnya satu-satunya karakter penari wanita seakan menjadi pengalih perhatian. Tarian ditutup dengan terbukanya sebuah pintu.?Penonton dibiarkan menebak secara liar, ada apa di balik pintu-pintu kehidupan kita?? [Behind] The Door menjadi karya kolaboratif yang utuh antara musik, tari, properti serta tata cahaya.
Mengenai sajian kolaboratif ini memang sesuai dengan tema #InArtWeUnite yang jadi payung dari semua nomor. Rusdy Rukmarata selaku Direktur Artistik EKI Dance Company menyatakan, "Kami ingin menembus batas yang ada dalam seni, untuk bersama berkarya. Bukan satu seniman ikut seniman lain, tapi dari awal, semua yang terlibat berunding dan mengeksekusi," katanya.?Selanjutnya nomor tarian yang ditampilkan berjudul Man Ja Mon, karya Gede Juliantara yang secara komedi menggambarkan kepercayaan dalam masyarakat Bali mengenai kemampuan manusia menjadi monyet dan sebaliknya. Busana monyet yang bercahaya di saat panggung gelap, sangat mencuri perhatian, ditambah lagi dengan koreografi yang enerjik. ?
Ada juga karya Kresna Kurnia Wijaya yang menjadikan layar film sebagai 'panggung' karya tarinya. Menyajikan interaksi seorang penari dengan dirinya sendiri. Secara teknis, tentu ini membutuhkan kerjasama koreografer, penari, serta satu tim produksi film. ?
Pada babak kedua, diisi dengan sajian drama musikal singkat yang mengangkat kisah cinta segitiga antara Rama - Shinta dan Sarpakenaka. ?Secara pengadeganan, menampilkan gaya wayang orang, nyanyian ala Broadway, shadow dance dan dialog dengan bahasa kekinian.
Di dalam Eki Update v 2.0 ini juga menyisipkan obrolan ringan bersama Nanang Ruswandi dan Teguh Kentus Apirandi, personil dari Wayang Orang Bharata. Bukan cuma ngobrol, mereka juga bermain tebak karakter ?Secara menyeluruh, tidak lebih dari 90 menit, EKI Update V2.0 berhasil menghibur dan menawarkan bentuk sajian yang kaya dan sarat dengan unsur kolaborasi.
Secara pesan, seakan menyentil hubungan antar pria-wanita, antara cinta sesungguhnya dan sekadar barang pamer.?Hal menarik adalah sajian rupa-rupa seni yang dijahit dalam satu kesatuan. Keberhasilan sebuah pentas, bisa jadi di hati tiap pemirsa. Namun kemauan menembus perbedaan ditengah iklim sosial politik yang berkubu-kubu ini, menawarkan hal yang menarik.?
"Dalam seni, kita berusaha menginspirasi sektor kehidupan lain, bahwa karya yang baik sewajarnya tidak terbatasi oleh sekat apapun," kata Rusdy Rukmarata. (Iwan Setiawan/JY)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.