JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Adji mengaku selalu mengingatkan jajarannya agar tetap netral selama masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017.
Dia turut menilai pekerja harian lepas (PHL) atau yang biasa disebut pasukan oranye di dinasnya sebagai orang yang lebih fokus untuk bekerja ketimbang terlibat dalam kegiatan politik praktis.
"Kasihan pasukan saya dipolitisir, kebanyakan mereka polos dan lugu-lugu, Mas," kata Adji kepada Kompas.com, Jumat (24/11/2016).
Salah satu contoh kepolosan pasukan oranye, menurut Adji, adalah ketika mereka kedapatan sedang membersihkan halaman salah satu rumah pemenangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta di Jalan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Padahal, mereka memang biasa melakukan hal tersebut di rumah-rumah serupa yang ada di kawasan Menteng.
"Makanya saya ingatkan pasukan oranye saat bersihkan rumah pemenangan, termasuk posko-posko paslon, untuk tidak masuk membersihkan sampai ke dalam rumah, cukup sampai pagar saja. Agar pihak dari dalam rumah yang membantu mengeluarkan sampahnya," tutur Adji. (Baca: Pasukan Oranye Bersihkan Rumah Lembang)
Adji juga ikut menyayangkan 63 pasukan oranye dari Kecamatan Kemayoran dan Johar Baru yang dikenakan sanksi skors oleh pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta Sumarsono, Kamis (24/11/2016).
Mereka kena skors karena foto bersama dengan memegang spanduk calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni, sambil mengenakan seragam Dinas Kebersihan DKI Jakarta.
Menurut dia, semua pasukan oranye telah diberi tahu untuk tetap bersikap netral. Pesan itu telah disampaikan melalui koordinator dan komandan regu yang membawahi hampir sebanyak 4.000 pasukan oranye yang tersebar di seluruh Jakarta.
"Saya enggak mau pasukan oranye dipolitisir. Kalau secara pribadi, silakan. Mereka punya hak politik masing-masing," ujar Adji. (Baca: Ikut Kampanyekan Agus-Sylviana, Puluhan Anggota Pasukan Oranye Diskors)