Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Debat dengan Pendukungnya soal Larangan Becak di Jakarta

Kompas.com - 05/12/2016, 13:20 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Calon gubernur DKI Jakarta petahana, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, sempat berdebat dengan salah satu pendukungnya. Perdebatan mereka terkait larangan becak di Jakarta.

Pendukung Ahok asal Tanah Tinggi itu awalnya mempertanyakan larangan becak di Jakarta.

"Yang Pak Ahok bilang keadilan, kenapa mereka ini tak mendapat perhatian. Saya bukan tukang becak," kata pria asal Tanah Tinggi itu kepada Ahok di Rumah Lembang, Jakarta Pusat, Senin (5/12/2016).

Ahok menjelaskan bahwa larangan becak sudah ada sebelum dirinya menjabat. Aturan itu berupa Perda Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.

Ahok menuturkan, bila Pemprov DKI Jakarta dibolehkan beroperasi sebagai angkutan ke pasar, maka akan meluas ke jalan raya. Jumlah becak pun dianggap terus bertambah.

"Saya lihat becak-becak ini baru. Itu nambah dari Jawa dikirim, dan orang-orang sebagian yang narik becak sebagian dari Jawa. Ini enggak boleh dibiarkan," kata Ahok.

Bila ingin adil, maka Ahok akan mengizinkan angkot beroperasi hingga ke dalam perumahan. Dia pun kembali menegaskan becak tak diizinkan.

"Enggak, maksud saya gini, Pak," potong pendukung Ahok.

"Kalau semua becak masuk ke Jakarta, yang ada tambah macet," selak Ahok.

"Maksud saya gini, per wilayah dengan terbatas," kata pendukungnya lagi.

Ahok kembali menjelaskan bahwa ada alternatif angkutan lain seperti bajaj. Transportasi roda tiga itu akan masuk ke gang saat bus sudah masuk ke perumahan. Bajaj juga sudah diatur per wilayah.

"Becak kami enggak izinkan lagi karena ada perda enggak boleh," kata Ahok.

"Saya bukan pengusaha becak, Pak. Kawan saya jadi nganggur," keluh pendukungnya lagi.

"Saya ngerti Pak, enggak bisa diizinkan, Pak. Kalau dia nganggur bukan jadi (narik) becak. Lebih baik dia lamar jadi (petugas transjakarta) atau PPSU (Penanganan Prasarana dan Sarana Umum)," kata Ahok.

"Dia enggak bisa setir, Pak," bantah pendukungnya lagi.

"Dia bisa kerja kebersihan atau apa pun. Pokoknya saya tidak akan izinkan becak di Jakarta," kata Ahok yang langsung diakhiri dengan foto bersama.

Kompas TV Ratusan Tukang Becak Tolak Penghapusan Becak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com