JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar 70 persen warga kelas menengah di DKI Jakarta menyebut kondisi kota Jakarta saat ini baik.
Selain itu, secara rata-rata, ada sekitar 69 persen warga yang menyatakan puas dengan kinerja pemerintahan DKI dalam berbagai bidang.
Hal itu diketahui dari hasil survei Litbang Kompas yang diselenggarakan pada 7-15 Desember 2016.
Sejumlah bidang yang diapresiasi, antara lain kesehatan, pendidikan, perizinan, dan penanganan masalah banjir.
(Baca juga: Survei Litbang Kompas: Warga Kelas Atas Cenderung Solid Pilih Ahok-Djarot)
Warga kelas menengah memberikan pujian pada bidang kesehatan, pendidikan, relasi sosial, perizinan, dan lingkungan.
Kondisi baik pada lima bidang tersebut dinyatakan oleh 80-90 persen responden. Warga kelas menengah Jakarta juga dimudahkan dalam bidang pendidikan dan kesehatan dengan adanya Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS).
Kebijakan bidang perizinan juga mendapat acungan jempol dari warga kelas menengah.
Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sampai tingkat kelurahan tersebut cukup membantu warga untuk mengurus administrasi kependudukan sampai mengajukan perizinan.
Hal lain yang mendapat pujian dari warga kelas menengah adalah penyelesaian masalah banjir.
Meski masih menimbulkan pro-kontra, normalisasi sungai sebagai upaya pengendalian banjir, mendapat dukungan positif dari hampir seluruh warga kelas menengah.
Namun, sejumlah hal masih menjadi keluhan, di antaranya keamanan, infrastruktur, transportasi, permukiman, dan ekonomi.
Kelima bidang itu rata-rata dipermasalahkan oleh 30-50 persen responden. Ekonomi mendapat nilai paling minim dari 10 bidang yang ada.
Ketidakpuasan yang ada karena kesejahteraan belum merata ke semua warga. Ketimpangan ekonomi di Ibu Kota semakin melebar.
Sejak 2011 sampai 2016, angka rasio gini DKI Jakarta selalu di atas rata-rata angka nasional. Hingga Maret 2016, rasio gini Jakarta sebesar 0,41, sedangkan nasional 0,39.
Transportasi, khususnya masalah kemacetan, masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus segera diselesaikan. Masalah permukiman menjadi persoalan berikutnya.