Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Proyek Turap di Ciater, Tangerang Selatan, Perlu Diaudit

Kompas.com - 05/01/2017, 19:50 WIB

TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Turap atau dinding penahan tanah yang dibangun dengan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Tangerang Selatan senilai Rp 1,4 miliar, Rabu (4/1/2016) pagi, longsor dan menimpa empat ruang kelas SMP Negeri 19 Tangerang Selatan di Kelurahan Ciater, Kecamatan Serpong, hingga rusak berat. Pembangunan turap yang baru selesai perlu diaudit untuk melihat apakah ada penyelewengan atau tidak dalam pembangunannya.

Muhammad Nurdin, Kepala Tata Usaha SMPN 19, mengatakan, longsor terjadi sekitar pukul 06.00 saat hujan deras mengguyur kawasan itu sejak subuh. Hari itu, kebetulan tidak ada kegiatan belajar karena masih liburan semester dan baru akan masuk sekolah Kamis (5/1) ini.

Ada empat ruang kelas yang rusak berat, yaitu kelas VIII-5, kelas IX-4, IX-5, dan IX-6. Dinding ruang kelas jebol karena tertimpa bagian turap yang jebol.

SMPN 19 dibangun di bawah bukit yang dikepras. Terdapat perkampungan di atas bukit dan tepat di bawahnya terdapat bangunan SMPN 19 dengan dinding tebing yang tegak lurus. Tinggi turap 10-12 meter dengan panjang total 120 meter.

Sepanjang 80 meter di antaranya ambruk. Sisanya masih berdiri, tetapi sudah terlihat ada retakan sehingga rawan terjadi longsor. Antara turap dan bangunan terluar sekolah hanya berjarak sekitar 4 meter.

Bangunan kelas lain, yang tidak langsung bersebelahan dengan turap, menurut Nurdin, masih dapat digunakan untuk kegiatan belajar. Karena itu, mulai Kamis, kegiatan belajar akan dibagi dua sif, pagi dan siang, dengan bergantian memanfaatkan sisa ruang kelas yang ada.

Ruangan lain, yaitu laboratorium, perpustakaan, dan tata usaha, ditutup karena rawan terkena longsor susulan.

Nurdin mengatakan, proyek pembangunan turap itu baru berlangsung dua bulan terakhir dan hampir selesai. Sebelumnya, tebing di belakang sekolah itu hanya berupa tebing tanah yang pernah longsor pada 2013.

Salah seorang warga setempat, Marni (48), yang rumahnya berada di atas bukit, mengatakan hal senada. Hingga Selasa malam, pekerja masih mengerjakan proyek itu. Pagi hari, ia mendengar suara gemuruh, tidak menyangka bahwa ternyata turap yang tengah dibangun itu roboh. Ia juga khawatir dengan rumahnya yang hanya sekitar 10 meter dari tebing akan ikut longsor.

Koordinator Tangerang Public Transparency Watch (Truth) Tangsel, Suhendar, mengatakan, proyek yang baru selesai dibangun kemudian ambruk, apalagi merugikan fasilitas publik penting, seperti sekolah, harus dievaluasi. Perlu diselidiki apakah proyek itu dibangun sesuai anggaran dan spesifikasi yang seharusnya atau tidak. Beberapa pihak harus bertanggung jawab, satuan kerja perangkat daerah sebagai pengguna anggaran hingga kepala daerah.

”Dinas terkait harus melakukan audit internal, mengevaluasi proyek tersebut. Selain itu, kepala sekolah selaku pihak yang dirugikan dapat melaporkan hal itu ke kepolisian agar penyidik melakukan penyelidikan atas penyebab ambruknya turap,” ujar Suhendar.

Selain itu, kepala daerah setempat juga bisa mengintervensi dengan mendorong agar audit atau evaluasi dilakukan. Hal ini akan menunjukkan apakah kepala daerah benar-benar memiliki itikad politik yang baik.

Lurah Ciater Nasan Wijaya, yang ditemui seusai pertemuan di Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Tangsel, mengatakan, sebelumnya kontur bukit itu tidak terjal seperti saat ini. Waktu itu ada pengembang perumahan yang membutuhkan tanah untuk urukan dan menggali bukit di sana untuk diambil tanahnya. Seusai diambil tanahnya, kawasan itu menjadi lahan fasilitas sosial-fasilitas umum yang diserahkan kepada Pemerintah Kota Tangsel. Tahun 2010, pemkot membangun sekolah tersebut di lahan itu.

Tahap pemeliharaan

Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Tangerang Selatan Retno Prawati menjelaskan, proyek turap tersebut masuk dalam APBD Tangsel 2016 dengan nilai Rp 1,4 miliar. Kontrak dengan kontraktor PT Inovasi Karya berlangsung hingga 30 Desember 2016 dan saat ini masuk tahap pemeliharaan hingga enam bulan ke depan.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berburu Klakson “Telolet” Berujung Maut di JPO Jatiasih yang Pagar Kawatnya Berlubang…

Berburu Klakson “Telolet” Berujung Maut di JPO Jatiasih yang Pagar Kawatnya Berlubang…

Megapolitan
Ibu yang Cabuli Anaknya di Tangsel Bekerja sebagai Pengamen Jalanan

Ibu yang Cabuli Anaknya di Tangsel Bekerja sebagai Pengamen Jalanan

Megapolitan
Mertua yang Dianiaya Menantu Ajukan Praperadilan agar Berkas Segera Dilimpahkan ke Kejaksaan

Mertua yang Dianiaya Menantu Ajukan Praperadilan agar Berkas Segera Dilimpahkan ke Kejaksaan

Megapolitan
Korban Diduga Keracunan Makanan Haul di Bogor Bertambah Jadi 71 Orang

Korban Diduga Keracunan Makanan Haul di Bogor Bertambah Jadi 71 Orang

Megapolitan
Cuti dari Sekda Depok, Supian Suri Akan Manfaatkan Waktu untuk Bertemu dengan Warga

Cuti dari Sekda Depok, Supian Suri Akan Manfaatkan Waktu untuk Bertemu dengan Warga

Megapolitan
Cuti dari Sekda Depok, Supian Suri Pastikan Tidak Lagi Gunakan Fasilitas Negara

Cuti dari Sekda Depok, Supian Suri Pastikan Tidak Lagi Gunakan Fasilitas Negara

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 4 Juni 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 4 Juni 2024, dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Harga Tiket Masuk Jakarta Fair 2024 dan Jam Operasionalnya

Harga Tiket Masuk Jakarta Fair 2024 dan Jam Operasionalnya

Megapolitan
Daftar Lokasi Park and Ride di Jakarta dan Tarifnya

Daftar Lokasi Park and Ride di Jakarta dan Tarifnya

Megapolitan
Daftar Stasiun di Jakarta yang Layani Pembatalan Tiket Kereta Api

Daftar Stasiun di Jakarta yang Layani Pembatalan Tiket Kereta Api

Megapolitan
Kasus Ibu di Tangsel Lecehkan Anaknya, Keluarga Suami Mengaku Dapat Ancaman

Kasus Ibu di Tangsel Lecehkan Anaknya, Keluarga Suami Mengaku Dapat Ancaman

Megapolitan
Sepakat Damai, Eks Warga Kampung Bayam Bersedia Direlokasi ke Rusun Nagrak

Sepakat Damai, Eks Warga Kampung Bayam Bersedia Direlokasi ke Rusun Nagrak

Megapolitan
Tiga Pemuda Jadi Tersangka Pembacokan Polisi di Kembangan

Tiga Pemuda Jadi Tersangka Pembacokan Polisi di Kembangan

Megapolitan
Jadwal Konser Musik Jakarta Fair 2024

Jadwal Konser Musik Jakarta Fair 2024

Megapolitan
Puluhan Warga di Bogor Diduga Keracunan, 1 Orang Meninggal Dunia

Puluhan Warga di Bogor Diduga Keracunan, 1 Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com