JAKARTA, KOMPAS.com - Ternyata, pasukan oranye Jatinegara baru saja menerima seragam anyar mereka pada Desember 2016. Itu merupakan satu bulan sebelum mereka akhirnya diberhentikan.
Salah seorang pasukan oranye Jatinegara, Soeadji, mengatakan, mereka begitu senang ketika mendapatkan seragam baru serba oranye itu.
"Kalau tahu seperti ini, saya lebih suka enggak usah dikasih baju. Artinya kan percuma dikasih baju," ujar Soeadji kepada Kompas.com, Rabu (18/1/2017).
Kaos oranye, rompi, topi, hingga sepatu boot diberikan kepada mereka. Soeadji mengatakan, seragam itu mereka gunakan untuk pekerjaan sehari-hari.
Namun, seragam khas itu pun kini malah tidak bisa dipakai lagi. Sejak 4 Januari 2017, mereka tidak lagi bekerja sebagai pasukan oranye.
Seragam itu tidak lagi digunakan untuk merawat got atau jalanan Ibu Kota. Sebagai gantinya, baju tersebut mereka gunakan untuk memperjuangkan nasib. Mereka mengenakam seragam itu ketika mendatangi Balai Kota DKI Jakarta dan mengadu kepada Plt Gubernur DKI Sumarsono.
Sebuah perjuangan yang mereka harap bisa membuahkan hasil. Hasil yang mereka harapkan begitu sederhana, yaitu kembali dipekerjakan sebagai PHL atau pasukan oranye.
"Enggak apa-apa deh di Kepulauan Seribu, yang penting kerja," ujar Soeadji.
Sikap pasrah Soeadji bisa dimaklumi. Sebagai kepala keluarga, dia masih harus membiayai istri dan anak-anaknya.
Soeadji sedih dan merasa menjadi sampah masyarakat. Sebab, dia tidak memiliki pekerjaan lagi.
"Saya mendingan jadi tukang sampah daripada sampah masyarakat. Sekarang sudah enggak kerja, ya begini, jadi sampah masyarakat," ujar Soeadji.