Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Krukut yang Hidup Kembali di Kalimati

Kompas.com - 24/01/2017, 14:06 WIB

Oleh: Irene Sarwindaningrum dan Amanda Putri Nugrahanti

Abdullah Wo (51) menikmati sore di area parkir Rumah Susun Karet Tengsin di kawasan Kampung Kalimati, Kelurahan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Jumat (13/1/2017). Kicauan burung-burung dalam sangkar yang banyak digantung di situ mengisi semilir segar angin dari arah Kali Krukut di sebelah tempat parkir tersebut.

 Sore itu, air Kali Krukut mengalir tenang dan lancar, berwarna kecoklatan, tetapi tanpa sampah. Lebar kali di kawasan itu 15-20 meter. Di tengah cuaca yang jarang hujan pada Januari ini, permukaan airnya tak terlalu tinggi sehingga dinding batu kali terlihat hingga lebih dari 5 meter di atas muka air.

Padahal, tak jauh dari sana, di kawasan Kampung Bali dan sepanjang aliran di Kelurahan Kebon Melati, Krukut enggan bergerak di tengah desakan rumah yang memadati bibirnya. Lebarnya tak lebih dari 3-5 meter dan sarat dengan sampah rumah tangga, berjejalan di airnya yang kehitaman. Saluran air limbah rumah tangga mengalir ke sana. Aroma tak sedap pun membuat semilir angin sore tak lagi segar.

Para petugas Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Suku Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Jakarta Pusat harus bekerja keras membersihkan sampah di ruas itu. Lepas dari perkampungan padat itu, ruas Kali Krukut lama dari Kampung Kalimati tersebut mulai tertata baik.

Kali Krukut di sini pernah dinormalisasi pada era Gubernur DKI Ali Sadikin sekitar akhir 1970 dan awal 1980. Selanjutnya, pada era Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, pembersihan sampah padat dilakukan secara masif. Hasilnya mulai terlihat, Kali Krukut mulai nyaman buat mencari angin bagi warga sekitarnya.

Selama ratusan tahun, perubahan terus terjadi di aliran Krukut lama yang berawal dari Pintu Air Karet, masuk ke saluran Cideng dan Kali Besar, hingga bermuara di Pintu Air Pasar Ikan, Jakarta Utara, itu.

Abdullah Wo, warga asli Betawi yang lahir dan besar di Kampung Kalimati, mengisahkan, sebelum adanya pelurusan Kali Krukut, kawasan itu pada era 1970-an merupakan rawa-rawa seluas sekitar 8 hektar.

Sumber airnya berasal dari anak Kali Krukut yang kemudian buntu di sana sehingga menggenangi cekungan itu. ”Makanya kampung ini namanya Kalimati karena dulu ada kali yang mati di sini,” katanya.

Kawasan itu, ujar Abdullah, hingga akhir 1970-an masih sepi dan hanya berisi rumpun-rumpun pohon alemot dan kirai. Memasuki tahun 1983, seiring dengan alur Krukut lama yang dinormalisasi, kawasan itu mulai kering karena tak ada lagi anak sungai yang buntu di sana. Jalan-jalan dibangun, permukiman pun padat hingga sekarang.

Sekarang, kawasan yang masuk area Kalimati itu mencakup wilayah RT 010 dan RT 006 RW 007 Kelurahan Karet Tengsin.

”Sekarang udah banyak pendatang. Sedikit-sedikit orang datang, mulai diuruk, terus diuruk sampai penuh seperti sekarang,” katanya.

Sebelum menjadi Jalan Karet Pasar Baru Barat 1, gang tempat Rusun Karet Tengsin itu pernah diberi nama Jalan Haji Abdul Latief, pernah juga menjadi Gang Kubur dan Gang Buaya. Disebut Gang Buaya karena dulu di daerah itu, kata Abdullah, juga pernah ada penangkaran buaya. Pada 1980-an, buaya yang diternakkan di sana diambil kulitnya untuk digunakan dalam produksi tas di Karet Tengsin.

Rahayu (54), pemulung dari Kebon Melati yang rajin menyusuri Kali Krukut lama hingga hafal aliran-alirannya, masih ingat betapa seram bantaran Krukut dari Kebon Melati hingga Tanah Abang sebelum ramai seperti sekarang.

”Di sini dulu sampai terkenal istilah ’kalau masuk sini tinggal nama’. Masih gelap, rumput tinggi-tinggi, dan banyak orang jahat,” ujarnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Botol dan Batu, Polisi: Tak Ada yang Terluka dan Ditangkap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com