Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Peluang Ahok jika Masuk Putaran Kedua Pilkada DKI

Kompas.com - 26/01/2017, 07:45 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Hasil survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan pada 12-20 Januari 2017 memprediksi Pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung dua putaran.

Dari tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, pasangan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok-Djarot Saiful Hidayat, paling berpeluang menembus ke putaran kedua Pilkada DKI.

Dalam survei tersebut, elektabilitas Ahok-Djarot sebesar 38,2 persen. Kemudian elektabilitas Anies Baswedan-Sandiaga Uno sebesar 23,8 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sebesar 23,6 persen. Sisanya, 14,5 persen responden menjawab tidak tahu atau rahasia.

"Suara Ahok cukup nyaman masuk putaran kedua, tapi belum tentu cukup aman menang satu putaran," kata Direktur Eksekutif Indikator Polituk Indonesia, Burhanudin Muhtadi, di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/1/2017).

(Baca: Indikator: Agus-Sylvi 23,6 Persen, Ahok-Djarot 38,2, Anies-Sandi 23,8)

Indikator melakukan survei soal seberapa mungkin Ahok kembali dipilih pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Hasilnya, ada tren peningkatan bila melihat survei pada Mei 2016 hingga Januari 2017.

Pada Mei-Juni 2016, 58 persen responden menginginkan Ahok, 30 persen ragu-ragu dan 12 persen responden tidak menginginkan Ahok.

Kemudian berdasarkan survei pada November 2016 suara pemilih Ahok anjlok, yakni 32 persen responden menginginkan Ahok, 54 persen ragu-ragu dan 14 persen tidak menginginkan kembali.

Lalu pada Desember 2016, 38 persen responden menginginkan Ahok kembali, 47 persen ragu-ragu dan 15 persen tidak ingin.

Adapun pada Januari 2016, 44 persen responden menginginkan Ahok kembali, 45 persen ragu-ragu dan 13 persen menyatakan tidak.

"Ini artinya di putaran kedua, kalau Ahok masuk lawan Anies atau Agus, penantang Ahok masih punya peluang melawan Ahok," ucap Burhanuddin.

(Baca: Survei Indikator: Tren Elektabilitas Agus-Sylvi Melemah)

Sebab, kata Burhanuddin, jumlah responden yang tidak menginginkan dan ragu-ragu dengan Ahok masih tinggi.

Menurut Burhanuddin, pertarungan jelang 15 Februari 2017 adalah terkait opini. Burhanuddin mencontohkan alasan dukungan untuk Ahok anjlok dari Mei-Juni hingga November 2016 adalah karena opini sosial politik, di antaranya berkaitan dengan kasus dugaan penodaan agama. Opini itu kemudian kembali naik setelah Ahok meminta maaf.

Burhanuddin menuturkan, jelang 15 Februari 2017, pemilih akan dinamis. Dia tak menampik bila suara yang menginginkan Ahok bisa berbalik, begitu juga sebaliknya.

Kompas TV Ahok Janji Bangun Bioskop Bersubsidi di Pasar Tradisional
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDIP Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

DPRD dan Pemprov DKI Rapat di Puncak, Bahas Soal Kelurahan Dapat Anggaran 5 Persen dari APBD

Megapolitan
Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Anggaran Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Disorot, Dinas Citata: Itu Masih Perencanaan

Megapolitan
Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com