JAKARTA, KOMPAS.com - Keroncong Tugu belum begitu dikenal di kalangan anak muda. Ketua Orkes Poesaka Kerontjong Toegoe Cafrinho, Guidho Quiko, pun melakukan beragam upaya agar musik ini terus bertahan dan semakin dikenal oleh semua generasi.
"Saya ingin musik keroncong Tugu dicintai anak-anak muda seperti dulu. Saya juga ingin menjaga agar musik ini tidak terpengaruh oleh jenis-jenis musik lain," ujar Guidho saat ditemui Kompas.com, pekan lalu.
Upaya pelestarian dimulai Guidho di dalam lingkungan internal Tugu. Dia mengajak para pemuda untuk bergabung menjadi pemain musik keroncong. Sejak kecil mereka dibebaskan oleh Guidho untuk bermain alat musik apapun dan kapanpun di rumahnya.
Ketika sudah mulai besar, anak-anak tersebut akan diajarkan teknik bermain yang benar. Mereka juga diberi kesempatan untuk tampil di pertunjukan yang sesuai dengan kelompok usianya.
"Sekarang 90 persen pemuda Tugu bergabung menjadi pemain musik. Mereka kompeten dan setia menjaga musik keroncong Tugu agar tidak terpengaruh oleh jenis musik baru lain," ucap Guidho.
Selain itu, dia juga mengadakan program pembinaan secara gratis bagi anak SD untuk belajar alat musik keroncong Tugu. Pembinaan dilakukan di rumah Guidho dengan mendatangkan pengajar dari luar.
"Harapannya, tiga sampai lima tahun lagi saya sudah dapat bibit-bibit baru yang unggul," kata Guidho.
Sementara itu, untuk memperkenalkan musik keroncong Tugu ke masyarakat luas. Cafrinho sering tampil di acara-acara yang diselenggarakan pemerintah atau acara televisi. Mereka juga mengeluarkan album yang bisa dibeli oleh masyarakat luas.
Tak jarang, orang tertarik untuk mempelajari musik keroncong Tugu setelah melihat mereka tampil. Guidho pun membuka kesempatan bagi orang-orang ini untuk ikut latihan bermain alat musik keroncong di dalam grupnya.
"Silakan saja kalau mereka mau bergabung, asalkan mereka mengikuti cara kami bermain. Sebab, kami punya kekhasan sendiri yang harus dipertahankan," ujar Guidho.
Walaupun begitu, Guidho berupaya agar musik keroncong Tugu tak terlalu terpaku pada pakem-pakem tertentu. Mereka selalu berusaha bermusik secara dinamis dengan tujuan semua generasi bisa menikmatinya, tak hanya orang tua saja.
Upayanya mulai menunjukkan hasil positif. Menurut Guidho, sekarang komunitas keroncong Tugu sudah semakin luas. (Baca: Menengok Keroncong Tugu yang Berawal sebagai Musik Pelepas Lelah)
Anak-anak muda di berbagai daerah Indonesia bergerilya untuk melestarikan musik keroncong Tugu. Misalnya dengan membentuk orkestra mini.
"Mereka memainkan lagu-lagu yang populer di kalangan anak muda tetapi tetap memasukkan unsur musik keroncong Tugu yang khas," ucap Guidho.
Mereka juga kerap mengajak penonton terlibat dalam pertunjukan. Penonton diberi kesempatan untuk request lagu. Bahkan, terkadang ada penonton yang diajak ke atas panggung untuk ikut bernyanti.
Dengan begitu, penonton menjadi semangat dan diharapkan semakin menyukai keroncong Tugu.
Selain itu, Guidho juga selalu mengingatkan warga Tugu yang punya potensi bermusik untuk ikut menjaga kelestarian musik keroncong Tugu. Terlebih lagi bila mengingat keroncong Tugu telah dinobatkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 2016.