JAKARTA, KOMPAS.com - Penghuni Rusunawa Pesakih di Jakarta Barat menyampaikan sejumlah keluhan kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Sumarsono. Keluhan disampaikan warga saat Sumarsono meluncurkan mesin absensi warga rusun, Senin (6/2/2017).
Sebelum memberikan sambutan, Sumarsono meminta sejumlah warga untuk menyampaikan keluhannya selama tinggal di rusun tersebut. Tarwati, warga Blok A Rusun Pesakih mengeluhkan pasokan air tanah di rusun tersebut yang tak laik minum.
Pasokan air bagi penghuni Rusun Pesakih berbau dan berwarna kecoklatan. Warga terpaksa membeli air bersih dengan harga sekitar Rp 4.000 per galon.
Tarwati juga menyampaikan harapannya agar pemerintah tak mencabut subsidi listrik.
"Kalau keluhan di sini Pak itu masalah air belum bisa dikonsumsi. Kalau bisa listrik juga jangan dicabut ya Pak, jangan ya Pak," ujar Tarwati.
Warga lainnya berharap agar Pemprov DKI membantu perekonomian warga rusun.
Sumarsono lalu menjelaskan, guna meningkatkan perekonomian warga rusun, Pemprov DKI melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Perdagangan akan membuka sejumlah lokasi binaan (lokbin) untuk warga yang hendak membuka usaha di sekitar rusun.
"Nanti ditingkatkan ya. Kepala Dinas Perumahan akan segera berkooridinasi dengan Dinas UMKM," ujar Sumarsono.
Secara terpisah Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Arifin mengatakan, kesulitan air yang dikeluhkan warga terjadi karena tak adanya sumber air baku di sekitar rusun.
Perusahaan pemasok air PT PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) enggan masuk ke dalam rusun karena sumber air masih kurang.
Mengatasi hal itu, kata Arifin, Dinas Sumber Daya Air (SDA) akan diminta memperbesar waduk yang ada di sekitar Rusun Pesakih.
Waduk itu juga akan dihubungkan dengan buangan air warga agar bisa kembali diolah. Jika hal itu tidak dilakukan, pasokan air untuk warga tak akan tercukupi. Namun, dalam jangka pendek, Dinas Perumahan masih belum menemukan cara untuk memasok air bagi warga rusun.
"Kami punya waduk di sekitar Jakarta Barat. Nanti kami mintakan Dinas Sumber Daya Air untuk memperbesar waduk. Kalau saat ini kami masih pakai air tanah," ujar Arifin.