Ketut Sutawijaya (33), warga Ragunan, Jakarta Selatan, menggambarkan hari Pilkada DKI Jakarta 2017 ini seperti sebuah perhelatan. Banyak kerabat berkumpul, dan banyak anak bermain karena libur. Tak ada ketegangan, tak ada intimidasi, tak ada saling hujat seperti yang begitu riuh di media sosial dan media massa.
Di Facebook, Rabu (15/2), seusai memberikan suara, Ketut mengunggah status, "Kami sekeluarga sudah mencoblos untuk Jakarta. Berharap Jakarta dan Indonesia menjadi lebih baik ke depan. Di TPS, yang kami temukan adalah orang-orang yang ramah dan berbagi senyum. Semuanya ketawa-ketawa dan tidak ada ketegangan terasa seperti di media sosial ataupun TV. Salam Indonesia damai!"
Status itu merupakan ungkapan kelegaan. Awalnya, Ketut yang memberikan suara bersama istrinya di TPS 35 Ragunan itu khawatir akan terjadi keributan saat pemungutan suara. Pikiran negatif itu begitu mudah tumbuh karena banyaknya isu dan kebencian beredar di media sosial dan media massa.
Padahal, kata Ketut, seharusnya pilkada adalah pesta demokrasi yang menggembirakan karena merupakan momen warga DKI Jakarta mempunyai harapan baru.
Senada dengan itu, Shinta Kusuma Dewi (35), yang memberikan suara di TPS 2 Kemanggisan, Jakarta Barat, lega karena pilkada aman. Ia sempat khawatir ada kekacauan setelah hitung cepat. Namun, hingga sore, Jakarta tetap aman.
Karyawati swasta itu menuju TPS sebelum pukul 07.00. Setelah memilih, ia menghabiskan hari di mal. "Orang-orang ramai di mal. Benar-benar liburan rasanya," ujarnya.
Meriah di TPS
Kemeriahan juga terasa di TPS 18 dan 19 Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Pemilih dihibur dengan petikan gitar dan biola para pemusik. Lagu "Indonesia Pusaka" pun mengalun, mengiringi Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Sumarsono yang mengunjungi TPS di Suropati itu bersama jajaran Pemerintah Provinsi DKI, Ketua KPU DKI Sumarno, dan Ketua Bawaslu DKI Mimah Susanti.
Kegembiraan juga terlihat di TPS 040-047 RW 012 Pegangsaan Dua, Kelapa Gading. Meski delapan TPS didirikan berderet rapat, warga tetap antusias memberikan suara. Tujuh sepeda lipat disiapkan sebagai doorprize bagi pemilih.
Area TPS di dekat taman perumahan dan ruang terbuka itu dilengkapi bazar dan kantin. "Pilihan hari ini ramai. Saya senang datang kemari," ujar Rudy (71), warga RT 005 RW 012.
Kemeriahan juga terasa di Kota Tangerang Selatan yang menyelenggarakan pemilihan gubernur dan wakil gubernur Banten. Memasuki TPS 14 di Kelurahan Pondok Jagung Timur, Kecamatan Serpong Utara, pemilih disambut alunan gamelan dan seruling Sunda. Petugas di TPS memakai baju kampret, pakaian khas suku Badui luar, lengkap dengan ikat kepalanya.
Pemilih disuguhkan suasana seperti di hutan. Sebuah saung beratapkan daun kelapa di sudut. Di sebelahnya, satu ceret berisi kopi lengkap dengan gelas yang disiapkan untuk pemilih.
Salah seorang anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara TPS 14, M Syaifuddin, mengatakan, untuk mempersiapkan tema Badui itu, panitia membeli baju adat Badui hingga Rangkasbitung. Selasa malam, panitia dan pengurus RT lembur mengerjakan dekorasi untuk tema Badui tersebut.
Pada akhir pemungutan suara, KPPS mengundi doorprize untuk para pemilih. Hadiah yang dibagikan merupakan sumbangan dari warga. (TIM KOMPAS)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Februari 2017, di halaman 27 dengan judul "Mari Bersukacita di Pesta Demokrasi".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.